Selasa, 16 Agustus 2011

ASKEP retardasi mental di panti asih

| Selasa, 16 Agustus 2011 | 0 komentar





ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. C

DENGAN RETARDASI MENTAL DI PANTI ASIH

PAKEM YOYGAKARTA

































Disusun oleh :

S A K I Y A N

02/159859/EIK/00218













PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2004



  1. Definisi

  • Kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO)

  • Suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991)

  • Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 – 75 atau kurang ), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll. (AAMR,1992).



  1. Klasifikasi

Retardasi mental menurut American Psychiatric Association, 1994 , dibagi menjadi :

    • Retardasi mental ringan : tingkat IQ 50 - 55 sampai kira-kira 70.

    • Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35 – 40 sampai 50 – 55.

    • Retardasi mental berat: tingkat IQ 20 – 25 sampai 35 – 40.

    • Retardasi mental yang amat sangat berat : tingkat IQ di bawah 20 - 25.

    • Retardasi mental dengan keparahan yang tidak disebutkan :jika terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi emintelligence orang tersebut tidak dapat diuji dengan tes standart.



  1. Etiologi

  • Organik

    • Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/down sindrom).

    • Faktor prenatal : kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogenik dan toxin, disfungsi plasenta).

    • Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intra kranial, asphyksia neonatorum dll).

    • Faktor post natal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi)

  • Anorganik

    • Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.

    • Sosial kultural.

    • Interaksi anak kurang.

    • Penelantaran anak.

  • Faktor – faktor lain : keturunan, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lainnya.



  1. Patofisiologi

Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang muncul pada masa kanak – kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengn fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai dengan keterbatasan – keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahsa dan berbicara, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (AAMR 1992). Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal,yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom Fragile-X, ganggunan sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis (tipe1) ) dan gangguan metabolisme sejak lahir (fenilketonuria),perinatal,penyebab perinatal yaitu yang berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur, serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra kranial, posnatal yaitu mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom Down, dan sindrom alkohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis jangka panjang ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat.



  1. Manifestasi klinik

  • Gangguann kognitif

  • Lambatnya ketrampilan ekpresi dan resepsi bahasa

  • Gagal melewati tahap perkembangan yang utama

  • Lingkar kepala diatas atau dibawah normal

  • Kemungkinan lambatnya pertumbuhan

  • Kemungkinan tonus otot abnormal

  • Kemungkinan ciri-cir dismorfik

  • Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar



  1. Uji laboratorium dan diagnostik

  • Uji inteligensia standar (Stanford-binet, Weschler, Bayley Scale of Infan Development)

  • Uji perkembangan seperti Denver II

  • Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptive Behavior Scale, Woodcock-Johnson Scale of Independen Behavior, School Edition of Adaptive Behavior Scales)



  1. Komplikasi

  • Serebral palsi

  • Ganguan kejang

  • Gangguan kejiwaan

  • Gangguan konsentrasi/hiperaktif

  • Defisit komunikasi

  • Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)









  1. Penatalaksanaan medis

Obat-obatan yang diberikan biasanya yaitu :

  • Obat-obatan psikotropika, untuk remaja yang mempunyai perilaku membahayakan diri sendiri

  • Psikostimulan untuk remaja yang mengalami gangguan konsentrasi/hiperaktif

  • Antidepresan

  • Karbamazepin



  1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian terutama ditujukan untuk menilai secara komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif : kominikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana prasarana di masyarakat, pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fingsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.



  1. Diagnosa keperawatan

  • Defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berhias, toileting

  • Kerusakan komunikasi verbal

  • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

  • Risiko untuk keterlambatan perkembangan



  1. Perencanaan



No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

1

Defisit perawatan diri : mandi/ kebersihan, berhias, toileting



Perawatan diri sendiri : Aktifitas hidup sehari-hari

Perawatan diri sendiri : mandi

Perawatan diri sendiri: Kebersihan diri

  • Kaji kemampuan klien untuk mandi sendiri, kebersihan diri.

  • Latih klien untuk mandi dan kebersihan diri secara bertahap.

  • Sediakan peralatan mandi di tempat yang mudah di jangkau oleh klien.

  • Ajarkan cara mandi dan kebersihan diri secara sederhana.

  • Jadwalkan waktu untuk mandi setiap hari, pagi dan sore hari dan sewaktu-waktu bila badan kotor.

  • Rujuk ke terapi okupasi bila diperlukan.

  • Berikan pujian pada klien atas prestasinya mengurus diri sendiri.



Memberikan gambaran kemampuan klien untuk dasar intervensi berikutnya

Dengan latihan klien akan terbiasa untuk melakukan aktifitas kebersihan diri

Peralatan yang mudah dijangkau memudahkan klien untuk menggunakan nya

Penghargaan akan keberhasilan akan membuat klien percaya diri atas prestasinya



2

Kerusakan komunikasi verbal

Klien mampu untuk mengerti kalimat-kalimat sederhana untuk memenuhi kebutuhannya

  • Kaji kemampuan klien untuk mengekpresikan kemampuan berbahasanya.

  • Rujuk ke terapis wicara untuk mengevaluasi kemampuan dan merancang rencana terapi yang dibutuhkan

  • Ajarkan kata-kata sederhana untuk mengekpresikan kebutuhan diri : makan, mandi, minum, tidur, gosok gigi dll.

  • Pastikan penggunaan bahasa yang sederhana dalam komunikasi dengan klien.

  • Abaikan ketidak tepatan kata-kata yang digunakan oleh klien.

Penilaian yang akurat tentang kemampuan berbahasa klien dapat dijadikan pedoman untuk menentukan intervensi yang dibutuhkan.

Speech terapy dapat meningkatkan kemampuan/ ketrampilan klien dalam berbahasa.

Kata-kata sederhana lebih mudah diingat dan dipahami.



3

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Status nutrisi adekuat : BB normal, stabil, masukan nutrisi adekuat, tingkat energi adekuat

  1. Manajemen nutrisi

    • Kaji riwayat alergi makanan, dan catat jika memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu.

    • Kaji makanan kesukaan klien.

    • Hitung jumlah kalori yang dibutuhkan dan tipe nutrisi yang diperlukan.

    • Dorong asupan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.

    • Monitor asupan nutrisi dan kalori

    • Timbang BB secara teratur.

  2. Monitor nutrisi

  • Tentukan BB tubuh ideal klien.

  • Monitor adanya penurunan BB.

  • Monitor respon emosi klien terkait dengan situasi/ waktu makan.

  • Monitor lingkungan selama makan.

  • Monitor mual dan muntah.

  • Monitor pertumbuhan dan perkembangan.

  • Monitor kondisi kulit : pucat, kemerahan, kekeringan, kekenyalan.

  • Monitor terhadap adanya oedema.

  • Monitor makanan kesukaan klien.

Data yang tetpat tentang riwayat nutrisi klien dapat membantu dalam penentuan intervensi selanjutnya.

Makanan yang disukai dapat merangsang keinginan klien untuk makan.

Berat badan merupakan salah satu indikator status nutrisi klien.

Respon emosi klien terhadap makanan menunjukan selera makan klien.

Pemenuhan nutrisi yang adekuat dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang adekuat.

Kondisi kulit yang abnormal menunjukan adanya gangguan nutisi.







Daftar Pustaka



Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC Jakarta.

McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, St. Louis.

Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002, Philadelphia.

Related Post



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Archives

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com