TUGAS KELOMPOK
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT SELF CARE
DI WISMA ISOLASI PSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Disusun oleh :
Danan maghrifa 11.05.643
Erma restu W. 11.05.646s
Hernani eko P. 11.05.650
Iswatus sholiha 11.05.653
Laksita candra W. 11.05.655
Muhammad nugroho 11.05.658
AKADEMI PERAWATAN WIYATA HUSADA
YOGYAKARTA
2008
HALAMAN PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
KELOMPOK III
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan
MURGI HANDARI, SKM BASUKI, SIP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan judul “ Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur ” .
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak – pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
Bapak Istiarjo Safarto selaku Kepala PSTW Yogyakarta beserta seluruh staf pengelola PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur atas kesempatan dan ijinnya sehingga penulis bisa mengenyam praktek di panti tersebut.
Ibu Murgi Handari, SKM., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan hingga askep ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Teman-teman seperjuangan yang setia menemani dalam mengerjain tugas ini.yang tak henti memberi dukungan pada kami.
Tidak lupa penulis mohon maaf apabila selama praktek keperawatan gerontik ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja kepada seluruh pihak.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas masukan dan saran yang membangun, penulis mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul.................................................................................... i
Halaman Pengesahan………………………………………………. ii
Kata Pengantar................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
Latar Belakang................................................................ 1
Tujuan Kegiatan.............................................................. 2
Manfaat........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................... 3
A. ........................................................................................ 3
B............................................................................................. 4
C. …………………………………………………………… 4
D. ……………………………………………………………. 4
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................... 9
A. Pengkajian....................................................................... 9
B. Analisa Data…………………..…………………………. 14
C. Scoring Diagnosa Keperawatan ……………….……….. 15
D. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas.......................... 17
E. Rencana Keperawatan....................................................... 18
F. Catatan Perkembangan…………………………………… 20
BAB 4 PENUTUP........................................................................... 26
4.1 Kesimpulan...................................................................... 26
4.2 Saran................................................................................ 26
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Menurut UU No.13 Tahun 1998, lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun.
Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga klinis. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia. Seperti halnya pencegahan cidera yang sangat erat hubungannya dengan lansia yang mengalami penurunan fisik dan berbagai factor yang menyebabkan terjadinya cidera. Faktor yang sering menyebabkan cidera seperti usia, status mobilisasi,gangguan sensori persepsi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, faktor lingkungan.
Untuk memenuhi kebutuhan perawatan pada lansia, maka saat ini banyak didirikan panti untuk merawat para usila. Salah satunya adalah Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Fungsi PSTW Yogyakarta sebagai berikut :
Pusat pelayanan, pendampingan, dan perlindungan bagi usila.
Pusat informasi tentang kesejahteraan social lanjut usia.
Pusat pengembangan ilmu pengetahuan tentang lanjut usia.
PSTW Yogyakarta memiliki beberapa wisma. Salah satu diantaranya adalah Wisma Isolasi. Wisma ini dikhususkan bagi lansia dengan permasalahan khusus. Misalnya lansia dengan keterbatasan gerak, mengidap penyakit yang memerlukan perhatian khusus ( misal hipertensi ), serta yang memiliki masalah psikososial ( agresif, acuh tak acuh, pendiam) yang memerlukan pendampingan petugas ( perawat ) secara berkesinambungan.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka pada kesempatan ini mahasiswa akademi keperawatan Wiyata Husada Yogyakarta melakukan praktek klnik keperawatan gerontik di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan.
Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik pada klien lansia dengan berbagai permasalahan yang ada di wisma isolasi guna meningkatkan status kesehatan klien lansia. Disamping itu untuk memproleh pengalaman nyata dalam keperawatan gerontik dan menerapkan ilmu keperawatan gerontik secara langsung pada lansia, seperti;
Pencegahan cidera pada lansia.
Pemenuhan kebutuhan pada lansia bio-psiko-sosial-spiritual.
Manfaat
Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik di Wisma Isolasi adalah:
Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa.
Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek keperawatan
Sebagai bahan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan lansia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Tempat dan Waktu
Tempat praktek : PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Tanggal Praktek : 5-10 mei 2008
Tanggal Pengkajian : 6 mei 2008
BAB II
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN PERSONAL HYGIENE
Personal hygiene adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas.
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan.
Menurut Craven:2000 keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik.
KARAKTERISTIK KEAMANAN
Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
Management (pengaturan)
Individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN
Usia
Gaya Hidup
Status mobilisasi
Gangguan sensori persepsi
Tingkat kesadaran
Status emosional
Kemampuan komunikasi
Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Faktor lingkungan
JENIS BAHAYA YANG MENGANCAM KEAMANAN
Api/ Kebakaran
Luka bakar (Scalds and burns)
Jatuh
Keracunan
Sengatan listrik
Suara bising
Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANSIA MENGALAMI CIDERA
Usia
Status mobilisasi
Kelayan dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Kelayan dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
DIMENSI BIOLOGIS
Usia, Jenis Kelamin, Suku
Nama | Jenis kelamin | Usia | Pendidikan | Suku |
Ny. K Ny. P Ny. S Ny. T Ny. J Ny. M Ny. J Bp. J Ny. Ng Ny. S Ny. S Ny. W | Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan | 84 Th 89 Th 76 Th 89 Th 68 Th 77 Th 86 Th 94 Th 74 Th 75 Th 86 Th 84 Th | Tidak sekolah Tidak sekolah HIS Tidak sekolah Tidak tamat SD | Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa |
Tingkat tumbuh kembang / maturasi kelompok
Secara umum kelayan tidak menyimpang dari usia, kelayan sudah mampu menerima keadaannya saat ini. Tapi ada sebagian kelayan yang belum mampu menerima keadaanya, seperti salah satu kelayan yang ingin selalu mendominasi wisma isolasi.
Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang ada di wisma isolasi adalah kebersihan diri kurang, cedera, ISPA, penurunan kesehatan fisik, hipertensi, nyeri sendi.
DIMENSI PSIKOLOGIS
Gambaran diri kelompok
Wisma isolasi terdiri dari berbagai kelayan lanjut usia dengan berbagai masalah penginderaan, maka sering terjadi adanya kesulitan komunikasi baik dari petugas kepada kelayan, dari penghuni kepada petugas maupun antar penghuni. Ada penghuni wisma yang mempunyai perilaku agresif, apatis, dan acuh tak acuh. Tidak jarang karena kesulitan komunikasi tersebut antar kelayan terjadi salah paham yang mengakibatkan pertengkaran seperti adu mulut dan saling pukul. Namun sebagian besar penghuni tidak memiliki gangguan psikologis. Tetapi ada salah satu penghuni yang mengalami halusinasi.
Ketrampilan koping (pertahanan diri)
Semua penghuni wisma dekat dengan pengasuhnya, sehingga bila mereka mempunyai masalah selalu membicarakannya dengan pengasuh. Namun tak lupa mereka juga berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membantu memecahkan masalah mereka.
Insiden dan prevalen (jumlah penderita) masalah psikologi
Ada beberapa penghuni wisma yang apabila bertemu selalu terjadi perselisihan (adu mulut). Ada satu orang penghuni wisma yang mengalami halusinasi, sehingga menimbulkan keributan, misalnya sering menyembunyikan makanannya/sesuatu di bawah kasur dan kadang-kadang berteriak-teriak bila tidak menemukan yang dicarinya. Dia merasa ada yang ingin membunuhnya dan mengambil barang miliknya.
Stressor psikologis di dalam kelompok
Kegaduhan yang sering terjadi diakibatkan oleh satu atau dua penghuni wisma yang mempunyai temperamental sehingga menimbulkan stressor bagi penghuni lain terutama pada penghuni yang memiliki fisik lemah.
RIWAYAT KESEHATAN
Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
No | Nama | Tekanan Darah | Masalah |
1. 2.
3 4 5 6
7
8 9 10 11 12 | Ny. K Ny. Paikem
Ny. Siwuh Ny. Tomo Ny. Jumilah Ny. Mujinah
Ny. Juminah
Bp. Joyo Ny. Ngatinah Ny. Somo Ny. Suwarni Ny. Glarah | Tidak terkaji Tidak terkaji 100/40mmHg 90/70mmHg 130/80 mmHg 110/70 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg 140/90 mmHg 130/75 mmHg 160/70 mmHg 140/80 mmHg | Stress berat Gangguan penglihatan,halusinasi, paranoid Post katarak hari ke-21,pusing Nyeri pada kaki kanan Lutut kanan ngilu Patah tulang pada pinggang kiri, bisu, imobilisasi Nyeri pada kaki kanan, kebersihan diri kurang Buta, imobilisasi Bedrest, penurunan pendengaran Pembungkukan tulang belakang Batuk,emosional Riwayat patah tulang lutut kanan,batuk |
DIMENSI FISIK
Lokasi/ tempat tinggal kelompok
Wisma isolasi terletak di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur terletak di Kasongan,Bantul- DIY
Kondisi yang dapat membahayakan
Kondisi yang membahayakan bagi kelayan adalah lantai yang licin saat lantai dipel, fisik kelayan yang mulai menurun, ada kelayan yang suka meludah sembarangan, BAK tidak terkontrol, sebagian kamar ada pencahayaan yang masih kurang, beberapa kelayan menggunakan tongkat yang tidak standart (tinggi yang tidak sesuai postur tubuh, dasar tongkat yang licin, bahan tongkat yang tidak sesuai ) diruang depan dan teras tidak ada
Sikap komunitas terhadap kelompok
Kelayan wisma isolasi jarang bahkan hampir tidak pernah berinteraksi sosial dengan penghuni wisma lain, karena alasan kelayan malas. Hanya sebagian penghuni wisma lain yang mengunjungi wisma isolasi dengan alasan penghuni wisma lain lebih nyaman berbincang-bincang di wisma isolasi.
Status sosial ekonomi kelompok
Secara garis besar status sosial ekonomi penghuni wisma isolasi sudah tidak memiliki pendapatan.
Pelayanan kesehatan yang bersifat protektif
Menghindarkan kelayan dari cedera, mambantu memenuhi kebutuhan kelayan bio-psiko-sosial-spiritual, dan mengawasi aktivitas kelayan, penyediaan poliklinik.
DIMENSI PERILAKU
Kebutuhan nutrisi
Pemenuhan nutrisi pada tiap penghuni wisma sangat tercukupi. Para penghuni wisma mendapat jatah makan tiga kali sehari dengan kandungan gizi yang lengkap, diantaranya karbohidrat, protein, lemak dan vitamin dengan menu yang tidak monoton. Dengan komposisi sayur mayur dan lauk pauk yang berbeda-beda tiap harinya dan makanan tambahan seperti kue, pisang -dan lain-lain. Ada beberapa kelayan bila makan dan minum harus dibantu perawat atau pengasuh wisma.
Merokok
Di wisma isolasi tidak terdapat penghuni yang merokok.
Gerak Badan (ROM)
Di antara dua belas penghuni wisma yang aktif melakukan gerak badan (contoh: senam) hanya empat atau lima orang. Lainnya tidak terlalu aktif bahkan ada yang memerlukan bantuan untuk melakukan gerak badan, dengan berbagai alasan seperti bedtrest, malas, lelah dan kerusakan daya lihat.
Aktivitas rekreasi
PSTW Unit Budi Luhur mempunyai jadwal kegiatan dendang ria, ± 3(tiga) kali seminggu. Tetapi factor kelemahan fisik, ketidakmauan kelayan, kebanyakan mereka tidak mengikuti kegiatan dendang ria.
Perlindungan khusus yang digunakan
Perlindungan yang diberikan kepada kelayan di wisma isolasi adalah dengan memberikan tongkat, pegangan dinding, penyediaan poli klinik. Dan perawat atau pengasuh yang mendampingi para kelayan.
DIMENSI KESEHATAN
Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
Dokter yang siap sedia di Panti
Tersedia perawat yang siap sedia
Tersedia dokter spesialis, fisioterapis
Tersedia obat-obatan yang dibutuhkan
Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan
Karena keterbatasan fisik kelayan, sehingga kelayan jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hanya tim medis yang seminggu sekali mengunjungi wisma isolasi.
Jaminan pemeliharaan kesehatan
Pemeriksaan setiap seminggu sekali
Terdapat pelayanan poli klinik setiap hari
ANALISA DATA
No. | DATA | PENYEBAB | MASALAH |
1 2 | Data subyektif :
Data Obyektif :
Data Subjektif :
Data Objektif :
| Factor usia Factor lingkungan dan factor usia | Deficit self care Resiko cidera |
SCORING DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Deficit Self Care berhubangan dengan Factor Usia
NO | KRITERIA | SCORE | PEMBENARAN |
1 | Sifat masalah; kurang sehat | 3/3 X 1 = 1 | Bila keadaan tidak segera diatasi akan menggagu kesehatan para kelayan |
2 | Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian. | 2/2 x 2=2 | Sebagian kelayan mau nerima saran petugas untuk menjaga kebersihan diri dan mencoba untuk mandiri |
3 | Potensial masalah untuk dicegah: tinggi. | 3/3 x 1=1 | Pengasuh yang selalu siap sedia membantu tetapi jumlah antara kelayan tidak seimbang. |
4 | Menonjolnya masalah ; masalah dirasakan | 1/2 X 1 = 1/2 | Kelayan merasakan masalah tersebut telah berlangsung lama tetapi factor usia dan lingkungan yang menghambat. |
| total | 41/2 |
|
b. Resiko cedera berhubungan dengan factor lingkungan dan factor usia
No | Kriteria | Score | Pembenaran |
1 | Sifat masalah; ancaman kesehatan | 2/3 X1 = 2/3 | Bila keadaan tersebut tidak segera diatasi akan membahayakan kelayan karena kelayan mengalami penurunan kesehatan fisik |
2 | Kemungkinan masalah dapat diubah: Mudah | 2/2 x 2 = 2 | Penyediaan sarana yang murah dan mudah (sandal,tongkat, pegangan dinding) |
3 | Potensial masalah untuk dicegah: tinggi | 3/3 x 1 = 1 | Kelayan mau bekerjasama, menerima, dan menuruti saran dari pengawas |
4 | Menonjolnya masalah ; masalah berat harus segera ditangani | 2/2 x 1 = 1 | Jika terjadi masalah petugas siap sedia melakukan tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah kelayan.
|
| total | 4 2/3 |
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
Deficit self care b.d factor usia
Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN | RENCANA KEPERAWATAN | |
TUJUAN | INTERVENSI | |
1. Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia 2. Kerusakan interaksi sosial b.d. Hambatan komunikasi dan gangguan proses pikir |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2x 24 jam, cedera tidak terjadi dengan criteria
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, kerusakan interaksi sosial berkurang dengan kriteria :
|
|
CATATAN PERKEMBANGAN
DX | IMPLEMENTASI | EVALUASI | TTD |
1
2
| Selasa, 29 April 2008 Pk. 07.15 WIB
Pk 08.15 WIB
Pk 10.00 WIB
Pk 12.00 WIB
Rabu, 30 April 2008
Pk. 07.15 WIB
Pk 08.20 WIB
Pk 09.15 WIB
Pk. 12.00 WIB
Selasa, 29 april 2008 Pk. 10.00 wib
Rabu, 30 April 2008 Pk 10.00 WIB
Pk 11.15 WIB - Mendampingi kelayan dalam pemeriksaan kesehatan
Pk 11.30 WIB
Pk 12.00 WIB
|
Pk 08.00 WIB - Lantai bersih, kaca bersih.
Pk 09.00 WIB
Pk 10.15 WIB
Pk 13.00 WIB S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera O : - Lantai bersih, tidak licin - Masih ada kelayan yang meludah di sembarang tempat A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1-6
Pk 08.00 WIB - Lantai bersih, kaca bersih.
Pk 09.00 WIB
Pk 10.10 WIB
Pk 12.30 WIB
Pk. 13.20 S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera O : - Lantai bersih, tidak licin - Masih ada kelayan yang meludah dan membuang tembakau di sembarang tempat A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1
Pk 12.00 WIB
Kelayan terlihat senang
Pk 13.00 WIB S: - Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih. O : - Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-6
Pk 11.00 WIB
Pk 11.30 WIB
Pk 12.00 WIB
Pk 13.00 WIB S : Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih O :- Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-6
|
|
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu atau sekelompok lansia sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.
Dalam proses praktek keperawatan di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan pencapaian hasil sebagai berikut :
Tidak terjadi cidera pada kelayan.
Lingkungan aman (lantai dalam keadaan kering, peningkatan pengawasan pada kelayan).
Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang bersih dan nyaman.
Pendekatan dan komunikasi yang baik dengan kelayan.
Masih terdapat perselisihan dan adu mulut antar kelayan serta masih ada yang acuh tak acuh.
Terdapat beberapa kelayan yang belum mampu mengendalikan emosi dan menerima saran dari perawat.
SARAN
Kami menyarankan kepada pengasuh wisma secara khusus dan pengurus panti secara umum, agar lebih memperhatikan aspek psikososial (interaksi social ) dengan :
Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya
Terangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti
Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi
Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1994. Buku Pegangan Kader: Penyuluhan Kesehatan Lingkungan. Jakarta
Nugroho.W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia
Nanda 2005-2006. Pedoman Diagnosa Keperawatan
Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
TUGAS KELOMPOK
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT SELF CARE
DI WISMA ISOLASI PSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Disusun oleh :
Danan maghrifa 11.05.643
Erma restu W. 11.05.646s
Hernani eko P. 11.05.650
Iswatus sholiha 11.05.653
Laksita candra W. 11.05.655
Muhammad nugroho 11.05.658
AKADEMI PERAWATAN WIYATA HUSADA
YOGYAKARTA
2008
HALAMAN PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
KELOMPOK III
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan
MURGI HANDARI, SKM BASUKI, SIP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan judul “ Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur ” .
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak – pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
Bapak Istiarjo Safarto selaku Kepala PSTW Yogyakarta beserta seluruh staf pengelola PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur atas kesempatan dan ijinnya sehingga penulis bisa mengenyam praktek di panti tersebut.
Ibu Murgi Handari, SKM., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan hingga askep ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Teman-teman seperjuangan yang setia menemani dalam mengerjain tugas ini.yang tak henti memberi dukungan pada kami.
Tidak lupa penulis mohon maaf apabila selama praktek keperawatan gerontik ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja kepada seluruh pihak.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas masukan dan saran yang membangun, penulis mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul.................................................................................... i
Halaman Pengesahan………………………………………………. ii
Kata Pengantar................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
Latar Belakang................................................................ 1
Tujuan Kegiatan.............................................................. 2
Manfaat........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................... 3
A. ........................................................................................ 3
B............................................................................................. 4
C. …………………………………………………………… 4
D. ……………………………………………………………. 4
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................... 9
A. Pengkajian....................................................................... 9
B. Analisa Data…………………..…………………………. 14
C. Scoring Diagnosa Keperawatan ……………….……….. 15
D. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas.......................... 17
E. Rencana Keperawatan....................................................... 18
F. Catatan Perkembangan…………………………………… 20
BAB 4 PENUTUP........................................................................... 26
4.1 Kesimpulan...................................................................... 26
4.2 Saran................................................................................ 26
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Menurut UU No.13 Tahun 1998, lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun.
Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga klinis. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia. Seperti halnya pencegahan cidera yang sangat erat hubungannya dengan lansia yang mengalami penurunan fisik dan berbagai factor yang menyebabkan terjadinya cidera. Faktor yang sering menyebabkan cidera seperti usia, status mobilisasi,gangguan sensori persepsi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, faktor lingkungan.
Untuk memenuhi kebutuhan perawatan pada lansia, maka saat ini banyak didirikan panti untuk merawat para usila. Salah satunya adalah Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Fungsi PSTW Yogyakarta sebagai berikut :
Pusat pelayanan, pendampingan, dan perlindungan bagi usila.
Pusat informasi tentang kesejahteraan social lanjut usia.
Pusat pengembangan ilmu pengetahuan tentang lanjut usia.
PSTW Yogyakarta memiliki beberapa wisma. Salah satu diantaranya adalah Wisma Isolasi. Wisma ini dikhususkan bagi lansia dengan permasalahan khusus. Misalnya lansia dengan keterbatasan gerak, mengidap penyakit yang memerlukan perhatian khusus ( misal hipertensi ), serta yang memiliki masalah psikososial ( agresif, acuh tak acuh, pendiam) yang memerlukan pendampingan petugas ( perawat ) secara berkesinambungan.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka pada kesempatan ini mahasiswa akademi keperawatan Wiyata Husada Yogyakarta melakukan praktek klnik keperawatan gerontik di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan.
Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik pada klien lansia dengan berbagai permasalahan yang ada di wisma isolasi guna meningkatkan status kesehatan klien lansia. Disamping itu untuk memproleh pengalaman nyata dalam keperawatan gerontik dan menerapkan ilmu keperawatan gerontik secara langsung pada lansia, seperti;
Pencegahan cidera pada lansia.
Pemenuhan kebutuhan pada lansia bio-psiko-sosial-spiritual.
Manfaat
Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik di Wisma Isolasi adalah:
Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa.
Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek keperawatan
Sebagai bahan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan lansia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Tempat dan Waktu
Tempat praktek : PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Tanggal Praktek : 5-10 mei 2008
Tanggal Pengkajian : 6 mei 2008
BAB II
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN PERSONAL HYGIENE
Personal hygiene adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas.
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan.
Menurut Craven:2000 keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik.
KARAKTERISTIK KEAMANAN
Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
Management (pengaturan)
Individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN
Usia
Gaya Hidup
Status mobilisasi
Gangguan sensori persepsi
Tingkat kesadaran
Status emosional
Kemampuan komunikasi
Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Faktor lingkungan
JENIS BAHAYA YANG MENGANCAM KEAMANAN
Api/ Kebakaran
Luka bakar (Scalds and burns)
Jatuh
Keracunan
Sengatan listrik
Suara bising
Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANSIA MENGALAMI CIDERA
Usia
Status mobilisasi
Kelayan dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Kelayan dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
DIMENSI BIOLOGIS
Usia, Jenis Kelamin, Suku
Nama | Jenis kelamin | Usia | Pendidikan | Suku |
Ny. K Ny. P Ny. S Ny. T Ny. J Ny. M Ny. J Bp. J Ny. Ng Ny. S Ny. S Ny. W | Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan | 84 Th 89 Th 76 Th 89 Th 68 Th 77 Th 86 Th 94 Th 74 Th 75 Th 86 Th 84 Th | Tidak sekolah Tidak sekolah HIS Tidak sekolah Tidak tamat SD | Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa |
Tingkat tumbuh kembang / maturasi kelompok
Secara umum kelayan tidak menyimpang dari usia, kelayan sudah mampu menerima keadaannya saat ini. Tapi ada sebagian kelayan yang belum mampu menerima keadaanya, seperti salah satu kelayan yang ingin selalu mendominasi wisma isolasi.
Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang ada di wisma isolasi adalah kebersihan diri kurang, cedera, ISPA, penurunan kesehatan fisik, hipertensi, nyeri sendi.
DIMENSI PSIKOLOGIS
Gambaran diri kelompok
Wisma isolasi terdiri dari berbagai kelayan lanjut usia dengan berbagai masalah penginderaan, maka sering terjadi adanya kesulitan komunikasi baik dari petugas kepada kelayan, dari penghuni kepada petugas maupun antar penghuni. Ada penghuni wisma yang mempunyai perilaku agresif, apatis, dan acuh tak acuh. Tidak jarang karena kesulitan komunikasi tersebut antar kelayan terjadi salah paham yang mengakibatkan pertengkaran seperti adu mulut dan saling pukul. Namun sebagian besar penghuni tidak memiliki gangguan psikologis. Tetapi ada salah satu penghuni yang mengalami halusinasi.
Ketrampilan koping (pertahanan diri)
Semua penghuni wisma dekat dengan pengasuhnya, sehingga bila mereka mempunyai masalah selalu membicarakannya dengan pengasuh. Namun tak lupa mereka juga berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membantu memecahkan masalah mereka.
Insiden dan prevalen (jumlah penderita) masalah psikologi
Ada beberapa penghuni wisma yang apabila bertemu selalu terjadi perselisihan (adu mulut). Ada satu orang penghuni wisma yang mengalami halusinasi, sehingga menimbulkan keributan, misalnya sering menyembunyikan makanannya/sesuatu di bawah kasur dan kadang-kadang berteriak-teriak bila tidak menemukan yang dicarinya. Dia merasa ada yang ingin membunuhnya dan mengambil barang miliknya.
Stressor psikologis di dalam kelompok
Kegaduhan yang sering terjadi diakibatkan oleh satu atau dua penghuni wisma yang mempunyai temperamental sehingga menimbulkan stressor bagi penghuni lain terutama pada penghuni yang memiliki fisik lemah.
RIWAYAT KESEHATAN
Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
No | Nama | Tekanan Darah | Masalah |
1. 2.
3 4 5 6
7
8 9 10 11 12 | Ny. K Ny. Paikem
Ny. Siwuh Ny. Tomo Ny. Jumilah Ny. Mujinah
Ny. Juminah
Bp. Joyo Ny. Ngatinah Ny. Somo Ny. Suwarni Ny. Glarah | Tidak terkaji Tidak terkaji 100/40mmHg 90/70mmHg 130/80 mmHg 110/70 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg 140/90 mmHg 130/75 mmHg 160/70 mmHg 140/80 mmHg | Stress berat Gangguan penglihatan,halusinasi, paranoid Post katarak hari ke-21,pusing Nyeri pada kaki kanan Lutut kanan ngilu Patah tulang pada pinggang kiri, bisu, imobilisasi Nyeri pada kaki kanan, kebersihan diri kurang Buta, imobilisasi Bedrest, penurunan pendengaran Pembungkukan tulang belakang Batuk,emosional Riwayat patah tulang lutut kanan,batuk |
DIMENSI FISIK
Lokasi/ tempat tinggal kelompok
Wisma isolasi terletak di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur terletak di Kasongan,Bantul- DIY
Kondisi yang dapat membahayakan
Kondisi yang membahayakan bagi kelayan adalah lantai yang licin saat lantai dipel, fisik kelayan yang mulai menurun, ada kelayan yang suka meludah sembarangan, BAK tidak terkontrol, sebagian kamar ada pencahayaan yang masih kurang, beberapa kelayan menggunakan tongkat yang tidak standart (tinggi yang tidak sesuai postur tubuh, dasar tongkat yang licin, bahan tongkat yang tidak sesuai ) diruang depan dan teras tidak ada
Sikap komunitas terhadap kelompok
Kelayan wisma isolasi jarang bahkan hampir tidak pernah berinteraksi sosial dengan penghuni wisma lain, karena alasan kelayan malas. Hanya sebagian penghuni wisma lain yang mengunjungi wisma isolasi dengan alasan penghuni wisma lain lebih nyaman berbincang-bincang di wisma isolasi.
Status sosial ekonomi kelompok
Secara garis besar status sosial ekonomi penghuni wisma isolasi sudah tidak memiliki pendapatan.
Pelayanan kesehatan yang bersifat protektif
Menghindarkan kelayan dari cedera, mambantu memenuhi kebutuhan kelayan bio-psiko-sosial-spiritual, dan mengawasi aktivitas kelayan, penyediaan poliklinik.
DIMENSI PERILAKU
Kebutuhan nutrisi
Pemenuhan nutrisi pada tiap penghuni wisma sangat tercukupi. Para penghuni wisma mendapat jatah makan tiga kali sehari dengan kandungan gizi yang lengkap, diantaranya karbohidrat, protein, lemak dan vitamin dengan menu yang tidak monoton. Dengan komposisi sayur mayur dan lauk pauk yang berbeda-beda tiap harinya dan makanan tambahan seperti kue, pisang -dan lain-lain. Ada beberapa kelayan bila makan dan minum harus dibantu perawat atau pengasuh wisma.
Merokok
Di wisma isolasi tidak terdapat penghuni yang merokok.
Gerak Badan (ROM)
Di antara dua belas penghuni wisma yang aktif melakukan gerak badan (contoh: senam) hanya empat atau lima orang. Lainnya tidak terlalu aktif bahkan ada yang memerlukan bantuan untuk melakukan gerak badan, dengan berbagai alasan seperti bedtrest, malas, lelah dan kerusakan daya lihat.
Aktivitas rekreasi
PSTW Unit Budi Luhur mempunyai jadwal kegiatan dendang ria, ± 3(tiga) kali seminggu. Tetapi factor kelemahan fisik, ketidakmauan kelayan, kebanyakan mereka tidak mengikuti kegiatan dendang ria.
Perlindungan khusus yang digunakan
Perlindungan yang diberikan kepada kelayan di wisma isolasi adalah dengan memberikan tongkat, pegangan dinding, penyediaan poli klinik. Dan perawat atau pengasuh yang mendampingi para kelayan.
DIMENSI KESEHATAN
Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
Dokter yang siap sedia di Panti
Tersedia perawat yang siap sedia
Tersedia dokter spesialis, fisioterapis
Tersedia obat-obatan yang dibutuhkan
Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan
Karena keterbatasan fisik kelayan, sehingga kelayan jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hanya tim medis yang seminggu sekali mengunjungi wisma isolasi.
Jaminan pemeliharaan kesehatan
Pemeriksaan setiap seminggu sekali
Terdapat pelayanan poli klinik setiap hari
ANALISA DATA
No. | DATA | PENYEBAB | MASALAH |
1 2 | Data subyektif :
Data Obyektif :
Data Subjektif :
Data Objektif :
| Factor usia Factor lingkungan dan factor usia | Deficit self care Resiko cidera |
SCORING DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Deficit Self Care berhubangan dengan Factor Usia
NO | KRITERIA | SCORE | PEMBENARAN |
1 | Sifat masalah; kurang sehat | 3/3 X 1 = 1 | Bila keadaan tidak segera diatasi akan menggagu kesehatan para kelayan |
2 | Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian. | 2/2 x 2=2 | Sebagian kelayan mau nerima saran petugas untuk menjaga kebersihan diri dan mencoba untuk mandiri |
3 | Potensial masalah untuk dicegah: tinggi. | 3/3 x 1=1 | Pengasuh yang selalu siap sedia membantu tetapi jumlah antara kelayan tidak seimbang. |
4 | Menonjolnya masalah ; masalah dirasakan | 1/2 X 1 = 1/2 | Kelayan merasakan masalah tersebut telah berlangsung lama tetapi factor usia dan lingkungan yang menghambat. |
| total | 41/2 |
|
b. Resiko cedera berhubungan dengan factor lingkungan dan factor usia
No | Kriteria | Score | Pembenaran |
1 | Sifat masalah; ancaman kesehatan | 2/3 X1 = 2/3 | Bila keadaan tersebut tidak segera diatasi akan membahayakan kelayan karena kelayan mengalami penurunan kesehatan fisik |
2 | Kemungkinan masalah dapat diubah: Mudah | 2/2 x 2 = 2 | Penyediaan sarana yang murah dan mudah (sandal,tongkat, pegangan dinding) |
3 | Potensial masalah untuk dicegah: tinggi | 3/3 x 1 = 1 | Kelayan mau bekerjasama, menerima, dan menuruti saran dari pengawas |
4 | Menonjolnya masalah ; masalah berat harus segera ditangani | 2/2 x 1 = 1 | Jika terjadi masalah petugas siap sedia melakukan tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah kelayan.
|
| total | 4 2/3 |
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
Deficit self care b.d factor usia
Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN | RENCANA KEPERAWATAN | |
TUJUAN | INTERVENSI | |
1. Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia 2. Kerusakan interaksi sosial b.d. Hambatan komunikasi dan gangguan proses pikir |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2x 24 jam, cedera tidak terjadi dengan criteria
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, kerusakan interaksi sosial berkurang dengan kriteria :
|
|
CATATAN PERKEMBANGAN
DX | IMPLEMENTASI | EVALUASI | TTD |
1
2
| Selasa, 29 April 2008 Pk. 07.15 WIB
Pk 08.15 WIB
Pk 10.00 WIB
Pk 12.00 WIB
Rabu, 30 April 2008
Pk. 07.15 WIB
Pk 08.20 WIB
Pk 09.15 WIB
Pk. 12.00 WIB
Selasa, 29 april 2008 Pk. 10.00 wib
Rabu, 30 April 2008 Pk 10.00 WIB
Pk 11.15 WIB - Mendampingi kelayan dalam pemeriksaan kesehatan
Pk 11.30 WIB
Pk 12.00 WIB
|
Pk 08.00 WIB - Lantai bersih, kaca bersih.
Pk 09.00 WIB
Pk 10.15 WIB
Pk 13.00 WIB S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera O : - Lantai bersih, tidak licin - Masih ada kelayan yang meludah di sembarang tempat A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1-6
Pk 08.00 WIB - Lantai bersih, kaca bersih.
Pk 09.00 WIB
Pk 10.10 WIB
Pk 12.30 WIB
Pk. 13.20 S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera O : - Lantai bersih, tidak licin - Masih ada kelayan yang meludah dan membuang tembakau di sembarang tempat A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1
Pk 12.00 WIB
Kelayan terlihat senang
Pk 13.00 WIB S: - Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih. O : - Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-6
Pk 11.00 WIB
Pk 11.30 WIB
Pk 12.00 WIB
Pk 13.00 WIB S : Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih O :- Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-6
|
|
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu atau sekelompok lansia sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.
Dalam proses praktek keperawatan di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan pencapaian hasil sebagai berikut :
Tidak terjadi cidera pada kelayan.
Lingkungan aman (lantai dalam keadaan kering, peningkatan pengawasan pada kelayan).
Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang bersih dan nyaman.
Pendekatan dan komunikasi yang baik dengan kelayan.
Masih terdapat perselisihan dan adu mulut antar kelayan serta masih ada yang acuh tak acuh.
Terdapat beberapa kelayan yang belum mampu mengendalikan emosi dan menerima saran dari perawat.
SARAN
Kami menyarankan kepada pengasuh wisma secara khusus dan pengurus panti secara umum, agar lebih memperhatikan aspek psikososial (interaksi social ) dengan :
Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya
Terangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti
Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi
Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1994. Buku Pegangan Kader: Penyuluhan Kesehatan Lingkungan. Jakarta
Nugroho.W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia
Nanda 2005-2006. Pedoman Diagnosa Keperawatan
Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar