Jumat, 19 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT SELF CARE DI WISMA ISOLASI PSTW

| Jumat, 19 Agustus 2011 | 0 komentar

TUGAS KELOMPOK



ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT SELF CARE

DI WISMA ISOLASI PSTW YOGYAKARTA

UNIT BUDI LUHUR









































Disusun oleh :



Danan maghrifa 11.05.643

Erma restu W. 11.05.646s

Hernani eko P. 11.05.650

Iswatus sholiha 11.05.653

Laksita candra W. 11.05.655

Muhammad nugroho 11.05.658







AKADEMI PERAWATAN WIYATA HUSADA

YOGYAKARTA

2008













HALAMAN PENGESAHAN





Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur



Disahkan pada :

Hari :

Tanggal :













KELOMPOK III















Mengetahui,









Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan





MURGI HANDARI, SKM BASUKI, SIP

































KATA PENGANTAR





Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan judul “ Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur ” .

Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak – pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:

      1. Bapak Istiarjo Safarto selaku Kepala PSTW Yogyakarta beserta seluruh staf pengelola PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur atas kesempatan dan ijinnya sehingga penulis bisa mengenyam praktek di panti tersebut.

      2. Ibu Murgi Handari, SKM., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan hingga askep ini dapat terselesaikan tepat waktu.

      3. Teman-teman seperjuangan yang setia menemani dalam mengerjain tugas ini.yang tak henti memberi dukungan pada kami.

Tidak lupa penulis mohon maaf apabila selama praktek keperawatan gerontik ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja kepada seluruh pihak.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas masukan dan saran yang membangun, penulis mengucapkan terima kasih.







Yogyakarta, Mei 2008



Penulis

DAFTAR ISI



Halaman

Halaman judul.................................................................................... i

Halaman Pengesahan………………………………………………. ii

Kata Pengantar................................................................................... iii

Daftar Isi............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1

    1. Latar Belakang................................................................ 1

    2. Tujuan Kegiatan.............................................................. 2

    3. Manfaat........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................... 3

A. ........................................................................................ 3

B............................................................................................. 4

C. …………………………………………………………… 4

D. ……………………………………………………………. 4

BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................... 9

A. Pengkajian....................................................................... 9

B. Analisa Data…………………..…………………………. 14

C. Scoring Diagnosa Keperawatan ……………….……….. 15

D. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas.......................... 17

E. Rencana Keperawatan....................................................... 18

F. Catatan Perkembangan…………………………………… 20

BAB 4 PENUTUP........................................................................... 26

4.1 Kesimpulan...................................................................... 26

4.2 Saran................................................................................ 26

Daftar Pustaka







BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

  1. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

  2. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

  3. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Menurut UU No.13 Tahun 1998, lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun.

Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga klinis. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia. Seperti halnya pencegahan cidera yang sangat erat hubungannya dengan lansia yang mengalami penurunan fisik dan berbagai factor yang menyebabkan terjadinya cidera. Faktor yang sering menyebabkan cidera seperti usia, status mobilisasi,gangguan sensori persepsi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, faktor lingkungan.

Untuk memenuhi kebutuhan perawatan pada lansia, maka saat ini banyak didirikan panti untuk merawat para usila. Salah satunya adalah Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.



Fungsi PSTW Yogyakarta sebagai berikut :

  1. Pusat pelayanan, pendampingan, dan perlindungan bagi usila.

  2. Pusat informasi tentang kesejahteraan social lanjut usia.

  3. Pusat pengembangan ilmu pengetahuan tentang lanjut usia.

PSTW Yogyakarta memiliki beberapa wisma. Salah satu diantaranya adalah Wisma Isolasi. Wisma ini dikhususkan bagi lansia dengan permasalahan khusus. Misalnya lansia dengan keterbatasan gerak, mengidap penyakit yang memerlukan perhatian khusus ( misal hipertensi ), serta yang memiliki masalah psikososial ( agresif, acuh tak acuh, pendiam) yang memerlukan pendampingan petugas ( perawat ) secara berkesinambungan.

Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka pada kesempatan ini mahasiswa akademi keperawatan Wiyata Husada Yogyakarta melakukan praktek klnik keperawatan gerontik di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan.



  1. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik pada klien lansia dengan berbagai permasalahan yang ada di wisma isolasi guna meningkatkan status kesehatan klien lansia. Disamping itu untuk memproleh pengalaman nyata dalam keperawatan gerontik dan menerapkan ilmu keperawatan gerontik secara langsung pada lansia, seperti;

    • Pencegahan cidera pada lansia.

    • Pemenuhan kebutuhan pada lansia bio-psiko-sosial-spiritual.







  1. Manfaat

Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik di Wisma Isolasi adalah:

  1. Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa.

  2. Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek keperawatan

  3. Sebagai bahan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan lansia yang lebih baik di masa yang akan datang.



  1. Tempat dan Waktu

Tempat praktek : PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Tanggal Praktek : 5-10 mei 2008

Tanggal Pengkajian : 6 mei 2008





















































BAB II

TINJAUAN TEORI



  1. PENGERTIAN PERSONAL HYGIENE

Personal hygiene adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas.

Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan.

Menurut Craven:2000 keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.

Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik.









  1. KARAKTERISTIK KEAMANAN

    1. Pervasiveness (insidensi)

Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.

    1. Perception (persepsi)

Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.

    1. Management (pengaturan)

Individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan.

  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN

    1. Usia

    2. Gaya Hidup

    3. Status mobilisasi

    4. Gangguan sensori persepsi

    5. Tingkat kesadaran

    6. Status emosional

    7. Kemampuan komunikasi

    8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

    9. Faktor lingkungan



  1. JENIS BAHAYA YANG MENGANCAM KEAMANAN

    1. Api/ Kebakaran

    2. Luka bakar (Scalds and burns)

    3. Jatuh

    4. Keracunan

    5. Sengatan listrik

    6. Suara bising

    7. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak)



  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANSIA MENGALAMI CIDERA

    1. Usia

    2. Status mobilisasi

Kelayan dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

    1. Gangguan sensori persepsi

Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Kelayan dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.

    1. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.

    1. Faktor lingkungan

Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

















BAB III

TINJAUAN KASUS



  1. PENGKAJIAN

    1. DIMENSI BIOLOGIS

      1. Usia, Jenis Kelamin, Suku

Nama

Jenis kelamin

Usia

Pendidikan

Suku

Ny. K

Ny. P

Ny. S

Ny. T

Ny. J

Ny. M

Ny. J

Bp. J

Ny. Ng

Ny. S

Ny. S

Ny. W

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Laki-Laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

84 Th

89 Th

76 Th

89 Th

68 Th

77 Th

86 Th

94 Th

74 Th

75 Th

86 Th

84 Th





Tidak sekolah







Tidak sekolah

HIS





Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa



      1. Tingkat tumbuh kembang / maturasi kelompok

Secara umum kelayan tidak menyimpang dari usia, kelayan sudah mampu menerima keadaannya saat ini. Tapi ada sebagian kelayan yang belum mampu menerima keadaanya, seperti salah satu kelayan yang ingin selalu mendominasi wisma isolasi.

      1. Masalah kesehatan

Masalah kesehatan yang ada di wisma isolasi adalah kebersihan diri kurang, cedera, ISPA, penurunan kesehatan fisik, hipertensi, nyeri sendi.







    1. DIMENSI PSIKOLOGIS

      1. Gambaran diri kelompok

Wisma isolasi terdiri dari berbagai kelayan lanjut usia dengan berbagai masalah penginderaan, maka sering terjadi adanya kesulitan komunikasi baik dari petugas kepada kelayan, dari penghuni kepada petugas maupun antar penghuni. Ada penghuni wisma yang mempunyai perilaku agresif, apatis, dan acuh tak acuh. Tidak jarang karena kesulitan komunikasi tersebut antar kelayan terjadi salah paham yang mengakibatkan pertengkaran seperti adu mulut dan saling pukul. Namun sebagian besar penghuni tidak memiliki gangguan psikologis. Tetapi ada salah satu penghuni yang mengalami halusinasi.

      1. Ketrampilan koping (pertahanan diri)

Semua penghuni wisma dekat dengan pengasuhnya, sehingga bila mereka mempunyai masalah selalu membicarakannya dengan pengasuh. Namun tak lupa mereka juga berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membantu memecahkan masalah mereka.



      1. Insiden dan prevalen (jumlah penderita) masalah psikologi

Ada beberapa penghuni wisma yang apabila bertemu selalu terjadi perselisihan (adu mulut). Ada satu orang penghuni wisma yang mengalami halusinasi, sehingga menimbulkan keributan, misalnya sering menyembunyikan makanannya/sesuatu di bawah kasur dan kadang-kadang berteriak-teriak bila tidak menemukan yang dicarinya. Dia merasa ada yang ingin membunuhnya dan mengambil barang miliknya.



      1. Stressor psikologis di dalam kelompok

Kegaduhan yang sering terjadi diakibatkan oleh satu atau dua penghuni wisma yang mempunyai temperamental sehingga menimbulkan stressor bagi penghuni lain terutama pada penghuni yang memiliki fisik lemah.



    1. RIWAYAT KESEHATAN

      1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini

No

Nama

Tekanan Darah

Masalah

1.

2.



3

4

5

6



7



8

9

10

11

12

Ny. K

Ny. Paikem



Ny. Siwuh

Ny. Tomo

Ny. Jumilah

Ny. Mujinah



Ny. Juminah



Bp. Joyo

Ny. Ngatinah

Ny. Somo

Ny. Suwarni

Ny. Glarah

Tidak terkaji

Tidak terkaji



100/40mmHg

90/70mmHg

130/80 mmHg

110/70 mmHg



110/80 mmHg



120/80 mmHg

140/90 mmHg

130/75 mmHg

160/70 mmHg

140/80 mmHg

Stress berat

Gangguan penglihatan,halusinasi, paranoid

Post katarak hari ke-21,pusing

Nyeri pada kaki kanan

Lutut kanan ngilu

Patah tulang pada pinggang kiri, bisu, imobilisasi

Nyeri pada kaki kanan, kebersihan diri kurang

Buta, imobilisasi

Bedrest, penurunan pendengaran

Pembungkukan tulang belakang

Batuk,emosional

Riwayat patah tulang lutut kanan,batuk



    1. DIMENSI FISIK

      1. Lokasi/ tempat tinggal kelompok

Wisma isolasi terletak di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur terletak di Kasongan,Bantul- DIY

      1. Kondisi yang dapat membahayakan

Kondisi yang membahayakan bagi kelayan adalah lantai yang licin saat lantai dipel, fisik kelayan yang mulai menurun, ada kelayan yang suka meludah sembarangan, BAK tidak terkontrol, sebagian kamar ada pencahayaan yang masih kurang, beberapa kelayan menggunakan tongkat yang tidak standart (tinggi yang tidak sesuai postur tubuh, dasar tongkat yang licin, bahan tongkat yang tidak sesuai ) diruang depan dan teras tidak ada

      1. Sikap komunitas terhadap kelompok

Kelayan wisma isolasi jarang bahkan hampir tidak pernah berinteraksi sosial dengan penghuni wisma lain, karena alasan kelayan malas. Hanya sebagian penghuni wisma lain yang mengunjungi wisma isolasi dengan alasan penghuni wisma lain lebih nyaman berbincang-bincang di wisma isolasi.

      1. Status sosial ekonomi kelompok

Secara garis besar status sosial ekonomi penghuni wisma isolasi sudah tidak memiliki pendapatan.

      1. Pelayanan kesehatan yang bersifat protektif

Menghindarkan kelayan dari cedera, mambantu memenuhi kebutuhan kelayan bio-psiko-sosial-spiritual, dan mengawasi aktivitas kelayan, penyediaan poliklinik.



    1. DIMENSI PERILAKU

      1. Kebutuhan nutrisi

Pemenuhan nutrisi pada tiap penghuni wisma sangat tercukupi. Para penghuni wisma mendapat jatah makan tiga kali sehari dengan kandungan gizi yang lengkap, diantaranya karbohidrat, protein, lemak dan vitamin dengan menu yang tidak monoton. Dengan komposisi sayur mayur dan lauk pauk yang berbeda-beda tiap harinya dan makanan tambahan seperti kue, pisang -dan lain-lain. Ada beberapa kelayan bila makan dan minum harus dibantu perawat atau pengasuh wisma.



      1. Merokok

Di wisma isolasi tidak terdapat penghuni yang merokok.



      1. Gerak Badan (ROM)

Di antara dua belas penghuni wisma yang aktif melakukan gerak badan (contoh: senam) hanya empat atau lima orang. Lainnya tidak terlalu aktif bahkan ada yang memerlukan bantuan untuk melakukan gerak badan, dengan berbagai alasan seperti bedtrest, malas, lelah dan kerusakan daya lihat.

      1. Aktivitas rekreasi

PSTW Unit Budi Luhur mempunyai jadwal kegiatan dendang ria, ± 3(tiga) kali seminggu. Tetapi factor kelemahan fisik, ketidakmauan kelayan, kebanyakan mereka tidak mengikuti kegiatan dendang ria.



      1. Perlindungan khusus yang digunakan

Perlindungan yang diberikan kepada kelayan di wisma isolasi adalah dengan memberikan tongkat, pegangan dinding, penyediaan poli klinik. Dan perawat atau pengasuh yang mendampingi para kelayan.

    1. DIMENSI KESEHATAN

      1. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

          • Dokter yang siap sedia di Panti

          • Tersedia perawat yang siap sedia

          • Tersedia dokter spesialis, fisioterapis

          • Tersedia obat-obatan yang dibutuhkan

      2. Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan

Karena keterbatasan fisik kelayan, sehingga kelayan jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hanya tim medis yang seminggu sekali mengunjungi wisma isolasi.

      1. Jaminan pemeliharaan kesehatan

          • Pemeriksaan setiap seminggu sekali

          • Terdapat pelayanan poli klinik setiap hari

















  1. ANALISA DATA

No.

DATA

PENYEBAB

MASALAH

1































2

Data subyektif :

  • Pengasuh wisma mengatakan ada beberapa penghuni wisma yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari.- hari( makan,minum,toileting,mandi)



Data Obyektif :

  • kelayan lanjut usia dengan berbagai masalah penginderaan, bedtres



  • ada beberapa penghuni wisma yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh pengasuh dan perawat wisma.



Data Subjektif :

  • Sebagian kelayan mengatakan sering terpeleset bahkan terjatuh



Data Objektif :

  • Lantai yang licin selesai dipel

  • Kelayan kebanyakan mengalami gangguan penglihatan

  • Terbatasnya pegangan didinding diruang depan dan teras

  • Salah satu kelayan ada yang terbiasa meludah sembarangan

Factor usia

































Factor lingkungan dan factor usia

Deficit self care

































Resiko cidera



  1. SCORING DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Deficit Self Care berhubangan dengan Factor Usia

NO

KRITERIA

SCORE

PEMBENARAN

1

Sifat masalah; kurang sehat

3/3 X 1 = 1

Bila keadaan tidak segera diatasi akan menggagu kesehatan para kelayan

2

Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian.

2/2 x 2=2

Sebagian kelayan mau nerima saran petugas untuk menjaga kebersihan diri dan mencoba untuk mandiri

3

Potensial masalah untuk dicegah: tinggi.

3/3 x 1=1

Pengasuh yang selalu siap sedia membantu tetapi jumlah antara kelayan tidak seimbang.

4

Menonjolnya masalah ; masalah dirasakan

1/2 X 1 = 1/2

Kelayan merasakan masalah tersebut telah berlangsung lama tetapi factor usia dan lingkungan yang menghambat.



total

41/2



















b. Resiko cedera berhubungan dengan factor lingkungan dan factor usia

No

Kriteria

Score

Pembenaran

1

Sifat masalah; ancaman kesehatan

2/3 X1 = 2/3

Bila keadaan tersebut tidak segera diatasi akan membahayakan kelayan karena kelayan mengalami penurunan kesehatan fisik

2

Kemungkinan masalah dapat diubah: Mudah

2/2 x 2 = 2

Penyediaan sarana yang murah dan mudah (sandal,tongkat, pegangan dinding)

3

Potensial masalah untuk dicegah: tinggi

3/3 x 1 = 1

Kelayan mau bekerjasama, menerima, dan menuruti saran dari pengawas

4

Menonjolnya masalah ; masalah berat harus segera ditangani

2/2 x 1 = 1

Jika terjadi masalah petugas siap sedia melakukan tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah kelayan.





total

4 2/3







  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

            1. Deficit self care b.d factor usia

            2. Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia











  1. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI



1. Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia







































2. Kerusakan interaksi sosial b.d. Hambatan komunikasi dan gangguan proses pikir









Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2x 24 jam, cedera tidak terjadi dengan criteria

  • kelayan tidak terjatuh dan tidak cedera

  • lingkungan aman dari penyebab cedera (lantai tidak licin)



































Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, kerusakan interaksi sosial berkurang dengan kriteria :

  • interaksi sosial dapat berjalan tanpa hambatan (bertengkar)

  • adanya saling pengertian antar sesama penghuni wisma







  1. Lakukan pembersihan lingkungan secara rutin

  2. Dampingi kelayan beraktivitas

  3. Orientasi kembali kelayan terhadap realitas dan lingkungan saat ini.

  4. Berikan pencahayaan yang adekuat

  5. Anjurkan kelayan untuk tidak meludah dan BAK sembarang tempat

  6. Hindari perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan.

  7. Anjurkan kelayan menggunakan alas kaki yang sesuai (tidak basah,ukuran sesuai kaki kelayan)

  8. Anjurkan penyediaan tongkat yang standard dan penggantian lantai yang lebih aman (bahan doff)

  9. Ajarkan ROM pada kelayan yang pasif dan bedrest.



  1. Kaji penyebab terjadinya gangguan interaksi sosial

  2. Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya

  3. Terangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti

  4. Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi

  5. Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan

  6. Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain































  1. CATATAN PERKEMBANGAN

DX

IMPLEMENTASI

EVALUASI

TTD

1





































































































































































































2



















































































































Selasa, 29 April 2008

Pk. 07.15 WIB

  • Membersihkan wisma isolasi (menyapu, mengepel, mengelap kaca)

  • Menghindari perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan

  • Mengantar dan mendampingi senam





Pk 08.15 WIB

  • Mendampingi kelayan beraktivitas

  • Mengorientasi kembali kelayan terhadap realitas dan lingkungan saat ini.

  • Menganjurkan kelayan menggunakan alas kaki yang tepat





Pk 10.00 WIB

  • Menganjurkan kelayan menjaga kebersihan (tidak meludah sembarangan)







Pk 12.00 WIB

  • Membersihakan lantai setelah makan siang



































Rabu, 30 April 2008



Pk. 07.15 WIB

  • Membersihkan wisma isolasi (menyapu, mengepel, mengelap kaca)

  • Menghindari perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan

  • Mengantar dan mendampingi senam



Pk 08.20 WIB

  • Mendampingi kelayan beraktivitas

  • Mengorientasi kembali kelayan terhadap realitas dan lingkungan saat ini.

  • Menganjurkan kelayan menggunakan alas kaki yang tepat



Pk 09.15 WIB

  • Memonitor tingkat pengetahuan dan kemampuan kelayan tentang menjaga kebersihan lingkungan















Pk. 12.00 WIB

  • Membersihakan lantai setelah makan siang



  • Mengobservasi perilaku kelayan dalam menjaga kebersihan lingkungan (membuang sampah / tembakau pada tempat yang telah disediakan, tidak meludah di sembarang tempat)

































Selasa, 29 april 2008

Pk. 10.00 wib

  • Mengkaji penyebab terjadinya gangguan interaksi sosial





  • Mendampingi kelayan saat berinteraksi.







  • Memotivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya



  • Menerangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti



  • Memberikan umpan balik positif jika kelayan dapat berinteraksi dengan orang lain

























Rabu, 30 April 2008

Pk 10.00 WIB

  • Mengantar dan mendampingi beberapa kelayan mengikuti bimbingan social.



Pk 11.15 WIB

- Mendampingi kelayan dalam pemeriksaan kesehatan



Pk 11.30 WIB

  • Mempersiapkan kelayan makan



Pk 12.00 WIB

  • Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi

  • Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya

  • Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan

  • Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi





Pk 08.00 WIB

- Lantai bersih, kaca bersih.





  • kelayan tiba ditempat senam tepat waktu dan mengikuti senam sampai selesai.





Pk 09.00 WIB

  • Beberapa kelayan memahami anjuran perawat











Pk 10.15 WIB

  • Ada beberapa kelayan masih belum bisa mempertahankan kebersihan lingkungan





Pk 13.00 WIB

S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera



O : - Lantai bersih, tidak licin

- Masih ada kelayan yang meludah di sembarang tempat



A : Masalah teratasi sebagian



P : Lanjutkan intervensi 1-6







Pk 08.00 WIB

- Lantai bersih, kaca bersih.





  • kelayan tiba ditempat senam tepat waktu dan mengikuti senam sampai selesai.



Pk 09.00 WIB

  • Beberapa kelayan memahami anjuran perawat









Pk 10.10 WIB

  • Ada beberapa kelayan sudah mengerti cara menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya dan ada beberapa yang belum mengerti cara menjaga kebersihan



Pk 12.30 WIB

  • lantai dalam keadaan bersih dan kering



  • Ada beberapa kelayan masih belum bisa mempertahankan kebersihan lingkungan





Pk. 13.20

S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera

O : - Lantai bersih, tidak licin

- Masih ada kelayan yang meludah dan membuang tembakau di sembarang tempat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1



Pk 12.00 WIB

  • Gangguan terjadi karena komunikasi kurang baik antar kelayan.



  • Selama didampiingi, interaksi antara kelayan cukup baik





  • Kelayan mengerti penjelasan perawat





  • Sebagian kelayan memahami pentingnya berinteraksi social





Kelayan terlihat senang





Pk 13.00 WIB

S: - Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih.

O : - Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-6







Pk 11.00 WIB

  • kelayan mengikuti bimbingan social sampai dengan selesai



Pk 11.30 WIB

  • Semua kelayan sudah diperiksa



Pk 12.00 WIB

  • Kelayan sudah makan





Pk 13.00 WIB

S : Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih

O :- Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-6





















































BAB IV

PENUTUP



    1. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu atau sekelompok lansia sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.

Dalam proses praktek keperawatan di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan pencapaian hasil sebagai berikut :

  1. Tidak terjadi cidera pada kelayan.

  2. Lingkungan aman (lantai dalam keadaan kering, peningkatan pengawasan pada kelayan).

  3. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang bersih dan nyaman.

  4. Pendekatan dan komunikasi yang baik dengan kelayan.

  5. Masih terdapat perselisihan dan adu mulut antar kelayan serta masih ada yang acuh tak acuh.

  6. Terdapat beberapa kelayan yang belum mampu mengendalikan emosi dan menerima saran dari perawat.







    1. SARAN

Kami menyarankan kepada pengasuh wisma secara khusus dan pengurus panti secara umum, agar lebih memperhatikan aspek psikososial (interaksi social ) dengan :



      1. Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya

      2. Terangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti

      3. Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain

      4. Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi

      5. Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan























































































DAFTAR PUSTAKA



Depkes RI. 1994. Buku Pegangan Kader: Penyuluhan Kesehatan Lingkungan. Jakarta



Nugroho.W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia



Nanda 2005-2006. Pedoman Diagnosa Keperawatan



Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC



Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC



Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC







TUGAS KELOMPOK



ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT SELF CARE

DI WISMA ISOLASI PSTW YOGYAKARTA

UNIT BUDI LUHUR









































Disusun oleh :



Danan maghrifa 11.05.643

Erma restu W. 11.05.646s

Hernani eko P. 11.05.650

Iswatus sholiha 11.05.653

Laksita candra W. 11.05.655

Muhammad nugroho 11.05.658







AKADEMI PERAWATAN WIYATA HUSADA

YOGYAKARTA

2008













HALAMAN PENGESAHAN





Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur



Disahkan pada :

Hari :

Tanggal :













KELOMPOK III















Mengetahui,









Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan





MURGI HANDARI, SKM BASUKI, SIP

































KATA PENGANTAR





Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan judul “ Asuhan Keperawatan Defisit Self Care di Wisma Isolasi Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur ” .

Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak – pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:

      1. Bapak Istiarjo Safarto selaku Kepala PSTW Yogyakarta beserta seluruh staf pengelola PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur atas kesempatan dan ijinnya sehingga penulis bisa mengenyam praktek di panti tersebut.

      2. Ibu Murgi Handari, SKM., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan hingga askep ini dapat terselesaikan tepat waktu.

      3. Teman-teman seperjuangan yang setia menemani dalam mengerjain tugas ini.yang tak henti memberi dukungan pada kami.

Tidak lupa penulis mohon maaf apabila selama praktek keperawatan gerontik ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja kepada seluruh pihak.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas masukan dan saran yang membangun, penulis mengucapkan terima kasih.







Yogyakarta, Mei 2008



Penulis

DAFTAR ISI



Halaman

Halaman judul.................................................................................... i

Halaman Pengesahan………………………………………………. ii

Kata Pengantar................................................................................... iii

Daftar Isi............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1

    1. Latar Belakang................................................................ 1

    2. Tujuan Kegiatan.............................................................. 2

    3. Manfaat........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................... 3

A. ........................................................................................ 3

B............................................................................................. 4

C. …………………………………………………………… 4

D. ……………………………………………………………. 4

BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................... 9

A. Pengkajian....................................................................... 9

B. Analisa Data…………………..…………………………. 14

C. Scoring Diagnosa Keperawatan ……………….……….. 15

D. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas.......................... 17

E. Rencana Keperawatan....................................................... 18

F. Catatan Perkembangan…………………………………… 20

BAB 4 PENUTUP........................................................................... 26

4.1 Kesimpulan...................................................................... 26

4.2 Saran................................................................................ 26

Daftar Pustaka







BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

  1. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

  2. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

  3. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Menurut UU No.13 Tahun 1998, lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun.

Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga klinis. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia. Seperti halnya pencegahan cidera yang sangat erat hubungannya dengan lansia yang mengalami penurunan fisik dan berbagai factor yang menyebabkan terjadinya cidera. Faktor yang sering menyebabkan cidera seperti usia, status mobilisasi,gangguan sensori persepsi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, faktor lingkungan.

Untuk memenuhi kebutuhan perawatan pada lansia, maka saat ini banyak didirikan panti untuk merawat para usila. Salah satunya adalah Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.



Fungsi PSTW Yogyakarta sebagai berikut :

  1. Pusat pelayanan, pendampingan, dan perlindungan bagi usila.

  2. Pusat informasi tentang kesejahteraan social lanjut usia.

  3. Pusat pengembangan ilmu pengetahuan tentang lanjut usia.

PSTW Yogyakarta memiliki beberapa wisma. Salah satu diantaranya adalah Wisma Isolasi. Wisma ini dikhususkan bagi lansia dengan permasalahan khusus. Misalnya lansia dengan keterbatasan gerak, mengidap penyakit yang memerlukan perhatian khusus ( misal hipertensi ), serta yang memiliki masalah psikososial ( agresif, acuh tak acuh, pendiam) yang memerlukan pendampingan petugas ( perawat ) secara berkesinambungan.

Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka pada kesempatan ini mahasiswa akademi keperawatan Wiyata Husada Yogyakarta melakukan praktek klnik keperawatan gerontik di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan.



  1. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik pada klien lansia dengan berbagai permasalahan yang ada di wisma isolasi guna meningkatkan status kesehatan klien lansia. Disamping itu untuk memproleh pengalaman nyata dalam keperawatan gerontik dan menerapkan ilmu keperawatan gerontik secara langsung pada lansia, seperti;

    • Pencegahan cidera pada lansia.

    • Pemenuhan kebutuhan pada lansia bio-psiko-sosial-spiritual.







  1. Manfaat

Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik di Wisma Isolasi adalah:

  1. Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa.

  2. Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek keperawatan

  3. Sebagai bahan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan lansia yang lebih baik di masa yang akan datang.



  1. Tempat dan Waktu

Tempat praktek : PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Tanggal Praktek : 5-10 mei 2008

Tanggal Pengkajian : 6 mei 2008





















































BAB II

TINJAUAN TEORI



  1. PENGERTIAN PERSONAL HYGIENE

Personal hygiene adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas.

Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan.

Menurut Craven:2000 keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.

Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik.









  1. KARAKTERISTIK KEAMANAN

    1. Pervasiveness (insidensi)

Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.

    1. Perception (persepsi)

Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.

    1. Management (pengaturan)

Individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan.

  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN

    1. Usia

    2. Gaya Hidup

    3. Status mobilisasi

    4. Gangguan sensori persepsi

    5. Tingkat kesadaran

    6. Status emosional

    7. Kemampuan komunikasi

    8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

    9. Faktor lingkungan



  1. JENIS BAHAYA YANG MENGANCAM KEAMANAN

    1. Api/ Kebakaran

    2. Luka bakar (Scalds and burns)

    3. Jatuh

    4. Keracunan

    5. Sengatan listrik

    6. Suara bising

    7. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak)



  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANSIA MENGALAMI CIDERA

    1. Usia

    2. Status mobilisasi

Kelayan dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

    1. Gangguan sensori persepsi

Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Kelayan dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.

    1. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.

    1. Faktor lingkungan

Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

















BAB III

TINJAUAN KASUS



  1. PENGKAJIAN

    1. DIMENSI BIOLOGIS

      1. Usia, Jenis Kelamin, Suku

Nama

Jenis kelamin

Usia

Pendidikan

Suku

Ny. K

Ny. P

Ny. S

Ny. T

Ny. J

Ny. M

Ny. J

Bp. J

Ny. Ng

Ny. S

Ny. S

Ny. W

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Laki-Laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

84 Th

89 Th

76 Th

89 Th

68 Th

77 Th

86 Th

94 Th

74 Th

75 Th

86 Th

84 Th





Tidak sekolah







Tidak sekolah

HIS





Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa

Jawa



      1. Tingkat tumbuh kembang / maturasi kelompok

Secara umum kelayan tidak menyimpang dari usia, kelayan sudah mampu menerima keadaannya saat ini. Tapi ada sebagian kelayan yang belum mampu menerima keadaanya, seperti salah satu kelayan yang ingin selalu mendominasi wisma isolasi.

      1. Masalah kesehatan

Masalah kesehatan yang ada di wisma isolasi adalah kebersihan diri kurang, cedera, ISPA, penurunan kesehatan fisik, hipertensi, nyeri sendi.







    1. DIMENSI PSIKOLOGIS

      1. Gambaran diri kelompok

Wisma isolasi terdiri dari berbagai kelayan lanjut usia dengan berbagai masalah penginderaan, maka sering terjadi adanya kesulitan komunikasi baik dari petugas kepada kelayan, dari penghuni kepada petugas maupun antar penghuni. Ada penghuni wisma yang mempunyai perilaku agresif, apatis, dan acuh tak acuh. Tidak jarang karena kesulitan komunikasi tersebut antar kelayan terjadi salah paham yang mengakibatkan pertengkaran seperti adu mulut dan saling pukul. Namun sebagian besar penghuni tidak memiliki gangguan psikologis. Tetapi ada salah satu penghuni yang mengalami halusinasi.

      1. Ketrampilan koping (pertahanan diri)

Semua penghuni wisma dekat dengan pengasuhnya, sehingga bila mereka mempunyai masalah selalu membicarakannya dengan pengasuh. Namun tak lupa mereka juga berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membantu memecahkan masalah mereka.



      1. Insiden dan prevalen (jumlah penderita) masalah psikologi

Ada beberapa penghuni wisma yang apabila bertemu selalu terjadi perselisihan (adu mulut). Ada satu orang penghuni wisma yang mengalami halusinasi, sehingga menimbulkan keributan, misalnya sering menyembunyikan makanannya/sesuatu di bawah kasur dan kadang-kadang berteriak-teriak bila tidak menemukan yang dicarinya. Dia merasa ada yang ingin membunuhnya dan mengambil barang miliknya.



      1. Stressor psikologis di dalam kelompok

Kegaduhan yang sering terjadi diakibatkan oleh satu atau dua penghuni wisma yang mempunyai temperamental sehingga menimbulkan stressor bagi penghuni lain terutama pada penghuni yang memiliki fisik lemah.



    1. RIWAYAT KESEHATAN

      1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini

No

Nama

Tekanan Darah

Masalah

1.

2.



3

4

5

6



7



8

9

10

11

12

Ny. K

Ny. Paikem



Ny. Siwuh

Ny. Tomo

Ny. Jumilah

Ny. Mujinah



Ny. Juminah



Bp. Joyo

Ny. Ngatinah

Ny. Somo

Ny. Suwarni

Ny. Glarah

Tidak terkaji

Tidak terkaji



100/40mmHg

90/70mmHg

130/80 mmHg

110/70 mmHg



110/80 mmHg



120/80 mmHg

140/90 mmHg

130/75 mmHg

160/70 mmHg

140/80 mmHg

Stress berat

Gangguan penglihatan,halusinasi, paranoid

Post katarak hari ke-21,pusing

Nyeri pada kaki kanan

Lutut kanan ngilu

Patah tulang pada pinggang kiri, bisu, imobilisasi

Nyeri pada kaki kanan, kebersihan diri kurang

Buta, imobilisasi

Bedrest, penurunan pendengaran

Pembungkukan tulang belakang

Batuk,emosional

Riwayat patah tulang lutut kanan,batuk



    1. DIMENSI FISIK

      1. Lokasi/ tempat tinggal kelompok

Wisma isolasi terletak di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur terletak di Kasongan,Bantul- DIY

      1. Kondisi yang dapat membahayakan

Kondisi yang membahayakan bagi kelayan adalah lantai yang licin saat lantai dipel, fisik kelayan yang mulai menurun, ada kelayan yang suka meludah sembarangan, BAK tidak terkontrol, sebagian kamar ada pencahayaan yang masih kurang, beberapa kelayan menggunakan tongkat yang tidak standart (tinggi yang tidak sesuai postur tubuh, dasar tongkat yang licin, bahan tongkat yang tidak sesuai ) diruang depan dan teras tidak ada

      1. Sikap komunitas terhadap kelompok

Kelayan wisma isolasi jarang bahkan hampir tidak pernah berinteraksi sosial dengan penghuni wisma lain, karena alasan kelayan malas. Hanya sebagian penghuni wisma lain yang mengunjungi wisma isolasi dengan alasan penghuni wisma lain lebih nyaman berbincang-bincang di wisma isolasi.

      1. Status sosial ekonomi kelompok

Secara garis besar status sosial ekonomi penghuni wisma isolasi sudah tidak memiliki pendapatan.

      1. Pelayanan kesehatan yang bersifat protektif

Menghindarkan kelayan dari cedera, mambantu memenuhi kebutuhan kelayan bio-psiko-sosial-spiritual, dan mengawasi aktivitas kelayan, penyediaan poliklinik.



    1. DIMENSI PERILAKU

      1. Kebutuhan nutrisi

Pemenuhan nutrisi pada tiap penghuni wisma sangat tercukupi. Para penghuni wisma mendapat jatah makan tiga kali sehari dengan kandungan gizi yang lengkap, diantaranya karbohidrat, protein, lemak dan vitamin dengan menu yang tidak monoton. Dengan komposisi sayur mayur dan lauk pauk yang berbeda-beda tiap harinya dan makanan tambahan seperti kue, pisang -dan lain-lain. Ada beberapa kelayan bila makan dan minum harus dibantu perawat atau pengasuh wisma.



      1. Merokok

Di wisma isolasi tidak terdapat penghuni yang merokok.



      1. Gerak Badan (ROM)

Di antara dua belas penghuni wisma yang aktif melakukan gerak badan (contoh: senam) hanya empat atau lima orang. Lainnya tidak terlalu aktif bahkan ada yang memerlukan bantuan untuk melakukan gerak badan, dengan berbagai alasan seperti bedtrest, malas, lelah dan kerusakan daya lihat.

      1. Aktivitas rekreasi

PSTW Unit Budi Luhur mempunyai jadwal kegiatan dendang ria, ± 3(tiga) kali seminggu. Tetapi factor kelemahan fisik, ketidakmauan kelayan, kebanyakan mereka tidak mengikuti kegiatan dendang ria.



      1. Perlindungan khusus yang digunakan

Perlindungan yang diberikan kepada kelayan di wisma isolasi adalah dengan memberikan tongkat, pegangan dinding, penyediaan poli klinik. Dan perawat atau pengasuh yang mendampingi para kelayan.

    1. DIMENSI KESEHATAN

      1. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

          • Dokter yang siap sedia di Panti

          • Tersedia perawat yang siap sedia

          • Tersedia dokter spesialis, fisioterapis

          • Tersedia obat-obatan yang dibutuhkan

      2. Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan

Karena keterbatasan fisik kelayan, sehingga kelayan jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hanya tim medis yang seminggu sekali mengunjungi wisma isolasi.

      1. Jaminan pemeliharaan kesehatan

          • Pemeriksaan setiap seminggu sekali

          • Terdapat pelayanan poli klinik setiap hari

















  1. ANALISA DATA

No.

DATA

PENYEBAB

MASALAH

1































2

Data subyektif :

  • Pengasuh wisma mengatakan ada beberapa penghuni wisma yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari.- hari( makan,minum,toileting,mandi)



Data Obyektif :

  • kelayan lanjut usia dengan berbagai masalah penginderaan, bedtres



  • ada beberapa penghuni wisma yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh pengasuh dan perawat wisma.



Data Subjektif :

  • Sebagian kelayan mengatakan sering terpeleset bahkan terjatuh



Data Objektif :

  • Lantai yang licin selesai dipel

  • Kelayan kebanyakan mengalami gangguan penglihatan

  • Terbatasnya pegangan didinding diruang depan dan teras

  • Salah satu kelayan ada yang terbiasa meludah sembarangan

Factor usia

































Factor lingkungan dan factor usia

Deficit self care

































Resiko cidera



  1. SCORING DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Deficit Self Care berhubangan dengan Factor Usia

NO

KRITERIA

SCORE

PEMBENARAN

1

Sifat masalah; kurang sehat

3/3 X 1 = 1

Bila keadaan tidak segera diatasi akan menggagu kesehatan para kelayan

2

Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian.

2/2 x 2=2

Sebagian kelayan mau nerima saran petugas untuk menjaga kebersihan diri dan mencoba untuk mandiri

3

Potensial masalah untuk dicegah: tinggi.

3/3 x 1=1

Pengasuh yang selalu siap sedia membantu tetapi jumlah antara kelayan tidak seimbang.

4

Menonjolnya masalah ; masalah dirasakan

1/2 X 1 = 1/2

Kelayan merasakan masalah tersebut telah berlangsung lama tetapi factor usia dan lingkungan yang menghambat.



total

41/2



















b. Resiko cedera berhubungan dengan factor lingkungan dan factor usia

No

Kriteria

Score

Pembenaran

1

Sifat masalah; ancaman kesehatan

2/3 X1 = 2/3

Bila keadaan tersebut tidak segera diatasi akan membahayakan kelayan karena kelayan mengalami penurunan kesehatan fisik

2

Kemungkinan masalah dapat diubah: Mudah

2/2 x 2 = 2

Penyediaan sarana yang murah dan mudah (sandal,tongkat, pegangan dinding)

3

Potensial masalah untuk dicegah: tinggi

3/3 x 1 = 1

Kelayan mau bekerjasama, menerima, dan menuruti saran dari pengawas

4

Menonjolnya masalah ; masalah berat harus segera ditangani

2/2 x 1 = 1

Jika terjadi masalah petugas siap sedia melakukan tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah kelayan.





total

4 2/3







  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

            1. Deficit self care b.d factor usia

            2. Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia











  1. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI



1. Resiko cedera b.d factor lingkungan dan factor usia







































2. Kerusakan interaksi sosial b.d. Hambatan komunikasi dan gangguan proses pikir









Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2x 24 jam, cedera tidak terjadi dengan criteria

  • kelayan tidak terjatuh dan tidak cedera

  • lingkungan aman dari penyebab cedera (lantai tidak licin)



































Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, kerusakan interaksi sosial berkurang dengan kriteria :

  • interaksi sosial dapat berjalan tanpa hambatan (bertengkar)

  • adanya saling pengertian antar sesama penghuni wisma







  1. Lakukan pembersihan lingkungan secara rutin

  2. Dampingi kelayan beraktivitas

  3. Orientasi kembali kelayan terhadap realitas dan lingkungan saat ini.

  4. Berikan pencahayaan yang adekuat

  5. Anjurkan kelayan untuk tidak meludah dan BAK sembarang tempat

  6. Hindari perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan.

  7. Anjurkan kelayan menggunakan alas kaki yang sesuai (tidak basah,ukuran sesuai kaki kelayan)

  8. Anjurkan penyediaan tongkat yang standard dan penggantian lantai yang lebih aman (bahan doff)

  9. Ajarkan ROM pada kelayan yang pasif dan bedrest.



  1. Kaji penyebab terjadinya gangguan interaksi sosial

  2. Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya

  3. Terangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti

  4. Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi

  5. Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan

  6. Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain































  1. CATATAN PERKEMBANGAN

DX

IMPLEMENTASI

EVALUASI

TTD

1





































































































































































































2



















































































































Selasa, 29 April 2008

Pk. 07.15 WIB

  • Membersihkan wisma isolasi (menyapu, mengepel, mengelap kaca)

  • Menghindari perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan

  • Mengantar dan mendampingi senam





Pk 08.15 WIB

  • Mendampingi kelayan beraktivitas

  • Mengorientasi kembali kelayan terhadap realitas dan lingkungan saat ini.

  • Menganjurkan kelayan menggunakan alas kaki yang tepat





Pk 10.00 WIB

  • Menganjurkan kelayan menjaga kebersihan (tidak meludah sembarangan)







Pk 12.00 WIB

  • Membersihakan lantai setelah makan siang



































Rabu, 30 April 2008



Pk. 07.15 WIB

  • Membersihkan wisma isolasi (menyapu, mengepel, mengelap kaca)

  • Menghindari perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan

  • Mengantar dan mendampingi senam



Pk 08.20 WIB

  • Mendampingi kelayan beraktivitas

  • Mengorientasi kembali kelayan terhadap realitas dan lingkungan saat ini.

  • Menganjurkan kelayan menggunakan alas kaki yang tepat



Pk 09.15 WIB

  • Memonitor tingkat pengetahuan dan kemampuan kelayan tentang menjaga kebersihan lingkungan















Pk. 12.00 WIB

  • Membersihakan lantai setelah makan siang



  • Mengobservasi perilaku kelayan dalam menjaga kebersihan lingkungan (membuang sampah / tembakau pada tempat yang telah disediakan, tidak meludah di sembarang tempat)

































Selasa, 29 april 2008

Pk. 10.00 wib

  • Mengkaji penyebab terjadinya gangguan interaksi sosial





  • Mendampingi kelayan saat berinteraksi.







  • Memotivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya



  • Menerangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti



  • Memberikan umpan balik positif jika kelayan dapat berinteraksi dengan orang lain

























Rabu, 30 April 2008

Pk 10.00 WIB

  • Mengantar dan mendampingi beberapa kelayan mengikuti bimbingan social.



Pk 11.15 WIB

- Mendampingi kelayan dalam pemeriksaan kesehatan



Pk 11.30 WIB

  • Mempersiapkan kelayan makan



Pk 12.00 WIB

  • Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi

  • Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya

  • Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan

  • Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi





Pk 08.00 WIB

- Lantai bersih, kaca bersih.





  • kelayan tiba ditempat senam tepat waktu dan mengikuti senam sampai selesai.





Pk 09.00 WIB

  • Beberapa kelayan memahami anjuran perawat











Pk 10.15 WIB

  • Ada beberapa kelayan masih belum bisa mempertahankan kebersihan lingkungan





Pk 13.00 WIB

S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera



O : - Lantai bersih, tidak licin

- Masih ada kelayan yang meludah di sembarang tempat



A : Masalah teratasi sebagian



P : Lanjutkan intervensi 1-6







Pk 08.00 WIB

- Lantai bersih, kaca bersih.





  • kelayan tiba ditempat senam tepat waktu dan mengikuti senam sampai selesai.



Pk 09.00 WIB

  • Beberapa kelayan memahami anjuran perawat









Pk 10.10 WIB

  • Ada beberapa kelayan sudah mengerti cara menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya dan ada beberapa yang belum mengerti cara menjaga kebersihan



Pk 12.30 WIB

  • lantai dalam keadaan bersih dan kering



  • Ada beberapa kelayan masih belum bisa mempertahankan kebersihan lingkungan





Pk. 13.20

S : - Kelayan mengatakan bersedia menjaga kebersihan guna mengurangi resiko cedera

O : - Lantai bersih, tidak licin

- Masih ada kelayan yang meludah dan membuang tembakau di sembarang tempat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1



Pk 12.00 WIB

  • Gangguan terjadi karena komunikasi kurang baik antar kelayan.



  • Selama didampiingi, interaksi antara kelayan cukup baik





  • Kelayan mengerti penjelasan perawat





  • Sebagian kelayan memahami pentingnya berinteraksi social





Kelayan terlihat senang





Pk 13.00 WIB

S: - Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih.

O : - Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-6







Pk 11.00 WIB

  • kelayan mengikuti bimbingan social sampai dengan selesai



Pk 11.30 WIB

  • Semua kelayan sudah diperiksa



Pk 12.00 WIB

  • Kelayan sudah makan





Pk 13.00 WIB

S : Pengasuh wisma mengatakan masih ada beberapa kelayan yang selalu berselisih

O :- Masih terlihat beberapa kelayan yang berselisih.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-6





















































BAB IV

PENUTUP



    1. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu atau sekelompok lansia sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.

Dalam proses praktek keperawatan di Wisma Isolasi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan pencapaian hasil sebagai berikut :

  1. Tidak terjadi cidera pada kelayan.

  2. Lingkungan aman (lantai dalam keadaan kering, peningkatan pengawasan pada kelayan).

  3. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang bersih dan nyaman.

  4. Pendekatan dan komunikasi yang baik dengan kelayan.

  5. Masih terdapat perselisihan dan adu mulut antar kelayan serta masih ada yang acuh tak acuh.

  6. Terdapat beberapa kelayan yang belum mampu mengendalikan emosi dan menerima saran dari perawat.







    1. SARAN

Kami menyarankan kepada pengasuh wisma secara khusus dan pengurus panti secara umum, agar lebih memperhatikan aspek psikososial (interaksi social ) dengan :



      1. Motivasi kelayan untuk dapat menerima kelayan yang lain apa adanya

      2. Terangkan kepada kelayan pentingnya berkomunikasi dan interaksi social dengan sesama penghuni panti

      3. Berikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain

      4. Dampingi kelayan bila sedang melakukan interaksi

      5. Anjurkan sabar dalam menjalin hubungan























































































DAFTAR PUSTAKA



Depkes RI. 1994. Buku Pegangan Kader: Penyuluhan Kesehatan Lingkungan. Jakarta



Nugroho.W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia



Nanda 2005-2006. Pedoman Diagnosa Keperawatan



Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC



Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC



Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC







Related Post



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Archives

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com