Jumat, 19 Agustus 2011

pengkajian Skizofrenia

| Jumat, 19 Agustus 2011 | 0 komentar

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA



  1. IDENTITAS :

Nama : Mukayah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 23 tahun

Pekerjaan : Karyawan toko

Alamat : Sumombito – Jombang

Agama : Islam

Tanggal Pengkajian : 03 Desember 2001

Tanggal MRS : 12 November 2001

Register No : 10094380

Informan : Ibu penderita

DX Medis : Skizofrenia Hebefrenik Berkelanjutan



  1. ALASAN MRS/KELUHAN UTAMA

Klian ngomel-ngomel, ketawa-ketawa sendiri, dan jalan-jalan terus atau selalu mondar-mandir tanpa tujuan hal ini sudsah berlangsung selama 3 hari, Klien tidak mau makan sudsah 3 hari yang lalu dan tidak tidur sudah 2 hari yang lalu, jika klien jalan-jalan tidak bisa pulang kalau tidak di jemput. Klien pernah tidur di tengah jalan 4 hari yang lalu, jika ditanya katanya ingin mati, 2 hari yang lalu klien mulai tidak mau mandi sehingga dimandikan ibunya.



  1. FAKTOR PREDISPOSISI :

Menurut ibu klien, klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu yaitu tahun 1995 dan 1997 serta tahun 1999. Selama sakit klien ngamar di RSUD Dr. Soetomo.

  • Setelah keluar dari rumah sakit klien sembuh dan dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala gangguan jiwa. Pada tanggal 8 – 10 – 2001, klien seharusnya kontrol ke poli jiwa, tidak kontrol dan obatnya tidak mau minum, pilnya dibuang atau dibakar.

  • Klien tidak pernah melakukan atau mengalami maupun menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga atau tidakan kriminal.

  • Anggota keluarga lainnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

  • Pengalaman klien yaitu hidup di dalam keluarga yang sangat kekurangan dan banyak saudaranya. Ibunya sering marah-marah dan sering bertengkar sehingga klien selalu mikir dan merasa sangat sedih.



  1. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda vital : TD : 100/80 mm Hg, Nadi :88 x / menit

S = 36,5°C, RR : 20 x / menit

2. Ukur : TB = 147 cm, BB = 43 kg

  1. Berat badan tetap sebelum masuk rumah sakit dengan di rumah.

  2. Klien mengeluh badan terasa lemas, pusing dan perut merasa tidak enak dan merasa malas.



  1. PSIKOSOSIAL

  1. Gangguan





Keterangan



= Perempuan



= Laki-laki



= Meninggal



= Meninggal



= Orang yang tinggal serumah



= Klien



  1. Konsep diri :

  1. Citra tubuh

Klien merasa seluruh tuhuhnya tidak ada yang disukai dan merasa tidak berguna.

b. Identitas diri

Klien baru saja menikah dapat 1 bulan

Di tempat kerja klien tidak senang dengna teman-temannya, karena sering cerewet dan selalu mengurusi orang lain.

c. Peran

Klien menyadari sebagai seorang isteri

  1. Ideal diri

Harapan klien ia bisa bekerja pagi dan ia berharap sebagai isteri yang baik.

  1. Harga diri

Klien merasa sangat kecil kalau dibandingkan dengan orang lain karena klien merasa sebagai anak orang yang tak mampu.

  1. Hubungan sosial

  1. Orang yang terdekat adalah ibunya.

  2. Peran serta dalam masyarakat (menurut adiknya). Klien sebelum sakit jarang ikut kegiatan yang ada di kampung. Bila ditanya kenapa klien menjawab malas dan enak tidur.

  3. Hambatan dalam berhubungan klien pendiam jarang berkumpul dengan teman-temannya suka menyendiri dan sering melamun.

  1. Spiritual

  1. Nilai dan keyakinan

Klien merasa gangguan jiwa atau sakit jiwa yang dialami karena stres.

  1. Kegiatan ibadah

Klien jarang melakukan sholat. Mengerjakan sholat kalau ingat saja.



  1. STATUS MENTAL

  1. Penampilan klien kurang rapi.

  2. Pembicaraan klien : Lambat dan kadang-kadang blocking.

  3. Aktivitas motorik : Motorik meningkat, pasien sering jalan-jalan terus atau mondar-mandir tanpa tujuan.

  4. Alam perasaan : Kadang-kadang pasien menunjukkan ketegangan yang berlebihan yang terjadi secara tiba-tiba.

  5. Afek : Dasar

  6. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang.

  7. Persepsi : Kadang-kadang ia mendengar adanya suara-suara disekitarnya.

  8. Proses pikir :

a. Bentuk pikir : Non realistis

b. Arus pikir : Koheren kadang inkoheren

c. Isi pikir : Phobia

  1. Tingkat kesadaran : Kadang-kadang bingung

  2. Memori : Gangguan daya ingat jangka pendek.

  1. Tingkat konsentrasi dan berhitung :

  • Perhatian klien mudah berganti dan satu obyek ke obyek lain.

  • Tidak mampu berkonsentrasi.

  • Tidak mampu berhitung.

  1. Kemampuan penilaian

Gangguan kemampuan penilaian ringan.

  1. Daya tilik diri

Klien menyadari kalau dirinya sakit.

PROSES KEPERAWATAN UNTUK DX KEPERAWATAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL



PENERAPAN PROSES KEPERAWATAAN

KESEHATAN JIWA



KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL : MENARIK DIRI



Gambaran Kasus.

Klien Ny M, 23 tahun, anak ke – 2 dari 8 bersaudara, dari keluarga Bpk S dan Ibu S bertempat tinggal di Sumombito – Jombang, agama Islam. Klien masuk RS tanggal 12 – 11 – 2001, dengan keluhan utama klien sering ngomel-ngomel, ketawa-ketawa sendiri, dan jalan-jalan terus atau selalu mondar-mandir tanpa tujuan. Sejak umur 18 tahun klien sudah mengalami gangguan jiwa. Kebiasaan di rumah klien sering menyendiri, melamun dan tidak mempunyai teman. Sehingga jarang keluarganya mengajak klien berkomunikasi. Klien sering merasa dirinya tidak berguna karena tidak bisa membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan adik-adiknya. Klien sering mendengar suara yang mengatakan disuruh jalan-jalan terus. Kemudian keluarga merasa tidak mampu untuk merawat dan akhirnya membawa klien ke RS Dr. Soetomo.



Masalah Keperawatan

  1. Interaksi sosial, kerusakan

  2. Perubahan sensori – perseptual

  3. Kekerasan, risiko tinggi

  4. Harga diri rendah kronis

  5. Intoleransi aktivitas

  6. Sindrom defisit perawatan diri

  7. Koping keluarga, inefektif : ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

  8. Ketegangan peran pemberi perawatan.



























Gambar : Pohon masalah kerusakan interaksi sosial : menarik diri.

Diagnosa keperawatan dari pohon masalah.

  1. Risiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi pendengaran.

  2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan menarik diri.

  3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri yang berhubungan dengan harga diri rendah kronis.

  4. Sindrom defisit perawatan diri yang berhubungan dengan interaksi aktivitas.

  5. Ketegangan peran pemberi perawatan yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat pasien dirumah.

PROSES KEPERAWATAN UNTUK DX KE PERAWATAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL : MENARIK DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS



Nama Klien : Ny M



DX Medis : Shizofrenia Hibefrenik

Ruang : Jiwa C



No. CM : 10094380



Tgl

No

DX

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

INTERVENSI

Tujuan

Kriteria Evaluasi

3/12 /01

1

Kerusakan interaksi sosial : menarik diri b.d harga diri rendah kronis



Data Subyektif

- Nggak mau, male saya ngantuk saat diajak bergabung dengan klien yang lain.

Umum.

- Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.



Khusus.

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya



Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, klien mau bergabung dengan klien lain, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.



- Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapiutik.

- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal





- Kayaknya saya nggak bisa apa-apa waktu diajak bermain oleh raga bersama klien yang lain.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek postif yang dimiliki.

Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

- Perkenalkan diri dengan sopan.

- Tanyakan nama lengkap klien. Dan nama panggilan klien.







- Saya malu kalau duduk bersama teman yang lain.

Saya ini merasa kecil. Saat klien ditanya kenapa selalu menyendiri tidak mau bergabung dengan teman yang lain.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

- Kemampuan yang dimiliki klien

- Aspek positif keluarga.

- Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.



- Jelaskan tujuan pertemuan.

- Jujur dan menepati janji.

- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.







- Klien sering menghindari ornag lain.

- Bila bicara kontak mata jarang.

- Hanya berbicara kalau ditanya, jawabnya singkat.

- Tidak mau melakukan kegiatan kelompok.

- Sulit mengambil keputusan.



2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

- Setiap bertemu klien dihindarkan memberi penilaian negatif.

- Utamakan memberi pujian yang realistik.



3. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.



Tgl

No DX

Jam

TINDAKAN KEPERAWATAN

3/12/01

1

07.00

Menyapa pasien, mendekat dengan pasien ada disamping pasien sambil senyum dan memperkenalkan diri, sikap pasien agak apatis dan tidak mau kontak mata.







- Kemudian Makan Pagi Datang.

Mempersilahkan klien untuk makan, ada reaksi daripasien, pasien mau makan sendiri tanpa bantuan, lalu minum obat dengan disuruh dan dibantu.







TX yang diberikan.

* Hal dol 2 x 2,5 mg

* Merlopam 2 x 2 mg

* Arkine 2 x 2 mg







- Kemudian duduk di samping klien menanyakan nama klien, klien menjawab mukayat tanpa kontak mata. Lalu menanyakan nama panggilannya di jawab singkat dengan menyebutkan bagus.







- Setelah itu menjelaskan tujuan pertemuan dengan klien yaitu membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.







­- Mengajak klien untuk bergabung dengan teman-teman yang lain ikut berolah raga, klien menolak katanya malas.



Tgl

No DX

Jam

TINDAKAN KEPERAWATAN





09.00

Memberikan snack kacang ijo. Pasien mau meminumnya.







- Pasien jalan-jalan terus tanpa tujuan kadang-kadang bicara nglantur, ditanya kenapa kok jalan-jalan terus katanya ada yang nyuruh.





12.00

- Memberi makan/minum pasien. Pasien makan habis ¾ porsi. Minum 1 gelas.





13.00

Pasien istirahat tidur.

4/12/01

1

07.00

Menyapa pasien dengan senyum. Menanyakan pasien sudah mandi belum. Klien menjawab sudah di bantu atau di suruh katanya mandi sendiri hanya diantara oleh Ibu.







- Menanyakan bagaimana tidurnya, pasien mengatakan enak tidur terus malam.







- Membantu menyisir rambut klien.







- Membantu klien makan pagi.

Pasien makan habis 1 porsi makan sendiri. Minum 1 gelas.







Minum obat :

- Haldol 2,5 mg.

- Merlopam 2 mg

- Arkine 2 mg







- Mengajak klien berkomunikasi dengan klien lain dari pada diam sendiri, klien mau duduk di samping klien lain tapi tidak mau bicara.



Tgl

No DX

Jam

TINDAKAN KEPERAWATAN





09.00

Memberikan snack kacang ijo. Kilen mau meminumnya habis. Mengajak omong-omong pasien apa hoby yang dimiliki klien. Klien mengatakan tidak punya hobi apa-apa, menanyakan apa kesenangannya pasien. Pasien mengatakan senang tidur. Menanyakan kepada pasien bagaimana ibadahnya. Pasien mengatakan jarang melakukan sholat. Sholat hanya kalau ingat saja. Pasien mengatakan pokoknya malas..







- Memberitahu pasien kalau sholat itu wajib dan harus dikerjakan 5 kali sehari.







- Mendekatkan diri pada Tuhan itu perlu supaya pikiran bisa tenang.







- Pasien mau berknsentrasi dan mendengarkan.





12.00

Memberikan makan/minum kepada pasien. Pasien makan habis 1 porsi minum 1 gelas.

5/12/01

1

07.00

Mengapa pasien dengan senyum.







- Menanyakan pasien sudah mandi belum.







­- Pasien menjawab sudah mandi sendiri tanpa diantara ibu dan pasien sudah menyisir rambutnya.







­- Pasien mengatakan kalau dirinya sudah sembuh dan ingin minta pulang karena ingin lebaran di rumah.







- Kamu merespon dengan baik.







- Membantu memberi makan/minum. Pasien makan sendiri habis 1 porsi. Minum 1 gelas..



Tgl

No DX

Jam

TINDAKAN KEPERAWATAN







- Pasien minum obat tanpa di suruh.

* Haldol 2,5 mg

* Merlopam 2 mg

* Arkine 2 mg







- Kemudian menyarankan kepada pasien untuk bergabung dengan teman-teman klien mengikuti terapi olah raga kalau ingin pulang.







- Pasien mau mengikuti terapi olah raga. PX diajak senam tidak mau, diajak badminton bilang tidak bisa.







- Klien mau duduk bersama teman yang lain sebentar. Tapi masih belum mau berkenalan dengan temannya.





09.00

Dokter visite PX diijinkan untuk pulang besok. Klien tampak senang dan mulai mau bercerita. Menanyakan kemampuan yang dimiliki klien, klien mau menjawab yaitu menyulam







- Menuju klien, dan menyarankan kepada hobynya itu untuk diteruskan.







- Mempersiapkan klien mau pulang.

* Menanyakan tentang makannya.

* Menanyakan tentang kemampuan BAB/BAK.

* Menanyakan mandinya.

* Menanyakan kemampuan berpakaian.

* Menanyakan istirahat dan tidur.

* Memberitahu cara meminum obat.



Tgl

No DX

Jam

TINDAKAN KEPERAWATAN







* Memberikan saran untuk tepat kontrolnya.

* Menanyakan aktivitas di rumah.

* Menanyakan aktivitas di luar rumah.

* Menanyakan penerimaan keluarga.

* Menanyakan penerimaannya oleh masyarakat.

6/12/01

1

07.00

Menyapa klien.







Menanyakan apakah sudah siap untuk pulang PX menjawab sudah siap ingin cepat-cepat pulang PX makan habis 1 porsi minum 1 gelas, diskusi dengan klien dan keluarga mengenai persiapan keluarga kalau klien pulang.





10.00

PX pulang.



PERAWATAN PASIEN DENGAN PENARIKAN DIRI

  1. Pengertian Penarikan Diri

Penarikan diri (witdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Penarikan diri sebagai pola tingkah laku terdapat secara umum di klinik pada berbagai pasien dan bukan hnaya pada pasien dengan gangguan jiwa.

Keadaan ini mungkin timbul sebagai reaksi pada masa kritis yang berlangsung sementara, dan dimanifestasikan dengan tingkah laku yang bermacam-macam yang menandakan adanya usaha pertahanan pada situasi yang gawat, pembatasan hubungan dengan dunia luar dari yang jarang atau hanya sekali-sekali sampai pada yang sering atau menetap. Penarikan diri juga merupakan bagian dari proses terjadinya skizofrenia.

Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien berasal dari lingkungan yang penuh kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain terutama dengan tokoh ibu. Dalam situasi lingkungan yang demikian, seorang anak tidak mungkin membentuk penghayatan diri (self image), mempunyai rasa percaya diri, menentukan identitas diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain dan mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.

Seringkali pasien juga tidak dapat mengidentifikasikan diri dengan orang tua dari jenis seks yang sama sehingga peran dan identitas seksualnya menjadi kabur. Keadaan ini mengakibatkan pasien takut tidak diterima atau ditolak bila mencintai orang lain sehingga mengarahkan dorongan rasa cintanya pada diri sendiri secara berlebihan. Kepekaan ini menimbulkan pola cinta diri yang berlebihan (narcisism) dan pola menutup diri (introversi) yang mengakibatkan segala kegiatan kehidupan dan minatnya ditujukan langsung untuk pemuasan diri.

Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, pasien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Pasien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.

Prinsip hidup yan nyata, yaitu melatih tingkat laku dan emosi dalam menghadapi kenyataan yang merupakan hal yang pokok dalam kehidupan tidak jelas baginya.

Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti dengan penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya, yang menimbulkan kesulitan. Semakin pasien menjauhi kenyataan, semakin banyak kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Proses perkembangan kepribadian terus berlangsung sedangkan gambaran masa depan sangat menyakitkan sehingga mengakibatkan pasien menarik diri. Keadaan ini diikuti dengan regresi dan individu itu semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu. Pola regresi ini mempengaruhi keseluruhan atau pada beberapa aspek kepribadian saja yang menimbulkan tingkah laku yang primitif, antara lain pembicaraan yang autistik, tingkah laku yang tidak sesuai dengan gangguan asosiasi.

Dengan adanya hambatan pada perkembangan kepribadian, beberapa individu cenderung tidak mempunyai hubungan lagi dengan kenyataan pada masa pubertas atau dewasa muda yang diikuti dengan kemunduran yang progresif sifatnya.

Di samping uraian di atas terdapat beberapa faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya gejala penarikan diri serta satu sama lainnya saling berkaitan.



  1. Gejala Penarikan Diri

Pada umumnya tidak ada orang yang murni introvert atau extrovertnya. Setiap individu selalu memiliki kedua sifat itu, hanya ada yang lebih menonjol introvertnya dan yang lain lebih menonjol extrovertnya. Tidak semua yang introvert itu abnormal seperti halnya tidak semua yang extrovert itu normal. Pengertian normalis seseorang bergantung pada bagaimana individu itu mampu menilai dirinya sendiri, kemampuannya berfungsi secara intelektual, fisik dan emosional serta menilai dunia luar dan menentukan batasan hubungan dunia luar dengan dirinya sendiri.

Seseorang yang cenderung mengembangkan pola penarikan diri sering mengalami kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari individu itu tampak tenang, rajin belajar dan memberikan kesan tingkah laku yang baik. Beberapa individu cenderung melamun dan bila mereka tampil di masyarakat keterlibatannya selalu dalam bidang intelektual.

Seseorang yang cenderung mengembangkan pola penarikan diri sering mengalami kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari individu itu tampak tenang, rajin belajar dan memberikan kesan tingkah laku yang baik. Beberapa individu cenderung melamun dan bila mereka tampil di masyarakat keterlibatannya selalu dalam bidang intelektual.

Gejala penarikan diri sebagai akibat regresi antara lain :

  1. Cara berpikir yang autistik, seperti anak-anak yang beranggapan bahwa antara dirinya dengan dunia luar tidak ada batas dan segala sesuatu itu mempunyai arti.

  2. Tidak dapat mengendalikan tingkah lakunya padahal seharusnya dapat dikoreksi dengan adanya pengaruh realitas.

  3. Tidak mampu membedakan simbol yang biasa dipakai oleh masyarakat (misalnya, bendera merah putih itu lambang negara Indonesia) dengan benda yang disimbolkan sendiri oleh pasien (kapsul merah putih diartikan negara Indonesia oleh pasien sehingga ia tidak mau minum kapsul itu).

Gangguan kepribadiannya tampak pada tingkah laku motorik, cara berpikir dan reaksi emosionalnya. Tingkah lakunya sama sekali tidak sesuai dengan lingkungannya dan pasien sering duduk menyendiri dan melamun. Pasien sering mengekspresikan diri secara simbolik dengan sikap (posture) tertentu. Tingkah lakunya mungkin melawan segala pengaruh dari lingkungan. Kadang-kadang didapatkan fase overatif yang mungkin bersifat impulatif yang tidak jelas tujuannya bagi pengamat. Tingkah laku pasien secara keseluruhan menggambarkan penolakan (rejection) terhadap realitas dan hilangnya hubungan tingkah laku dengan kenyataan.

Gangguan alam

Related Post



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Archives

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com