Jumat, 23 Maret 2012

LP Hipoksemia

| Jumat, 23 Maret 2012 | 0 komentar

SUMBATAN JALAN NAFAS



Hipoksemia merupakan penyebab kematian utama penderita gawat darurat, hipoksemia yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas terjadi paling cepat dibandingkan hipoksemia akibat gangguan fungsi organ lain. Oleh karena itu pencegahan hipoksemia merupakan prioritas utama dengan cara jalan nafas dipertahankan terbuka,ventilasi adekwat dan beri oksigen.

Gangguan jalan nafas dapat`mendadak,perlahan-lahan progresif,total atau parsial dan berulang karena itu perlu reevaluasi dari waktu kewaktu.

Kesalahan yang paling sering ditemukan dalam pengelolaan jalan nafas adalah bahwa penolong tidak menyadari adanya sumbatan jalan nafas,keterlambatan memberikan pertolongan,kesulitan teknik dan kurangnya keterampilan.

Sumbatan jalan nafas dapat disebabkan oleh tindakan anestesi (penderita tidak sadar,obat pelumpuh otot,muntahan),suatu penyakit (koma apapun sebabnya,strok,radang otak),trauma atau kecelakaan (trauma maksilofasial,trauma kepala,keracunan). Tapi apapun sebabnya dasar-dasar pengelolaannya adalah sama.


Patofisiologi

Pada keadaan dimana ada penurunan kesadaran misalnya pada tindakan anestesi,penderita trauma kepala atau oleh karena suatu penyakit,maka akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot lidah dan sphincter cardia akibatnya bila posisi penderita terlentang maka pangkal lidah akan jatuh keposterior menutup orofaring,sehingga menimbulkan sumbatan jalan nafas.

Trauma didaerah wajah dapat menyebabkan edema,patah tulang,perdarahan,lepasnya gigi serta hipersekresi yang dapat menimbulkan masalah atau sumbatan jalan nafas. Patah tulang mandibula bilateral menyebabkan lidah kehilangan penyangga sehingga penderita sulit menelan dan bila berbaring lidah akan jatuh menutup jalan nafas walaupun penderita dalam keadaan sadar. Trauma tajam pada leher dapat menimbulkan perdarahan dan hematoma yang dapat menggeser posisi jalan nafas. Pendesakan oleh hematoma ini dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas dan menyulitkan pada waktu intubasi endotrakeal. Trauma tumpul pada leher dapat menimbulkan edema dan kerusakan pada laring dan trakea yang akhirnya dapat menyumbat jalan nafas.

Sumbatan jalan nafas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumbatan parsial (ringan dan berat) dan sumbatan total.


Tanda-tanda sumbatan jalan nafas

Pada keadaan penderita yang masih bernafas,mengenali ada tidaknya sumbatan jalan nafas dapat dilakukan dengan cara lihat (look),dengar (listen),dan raba atau rasakan (feel).


Lihat (look)

Dilihat apakah penderita mengalamiagitasi atau penurunan kesadaran. Agitasi memberi kesan adanya hipoksemia yang mungkin disebabkan oleh karena sumbatanjalan nafas,sedangkan penurunan kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia yang mungkin disebabkan oleh hipoventilasi akibat sumbatan jalan nafas.

Dilihat pergerakan dada dan perut waktu bernafas, normalnya pada posisi berbaring waktu inspirasi dinding dada bergerak keatas ,dinding-dinding perut bergerak keatas dan waktu ekspirasi dinding dada turun dindingperut juga turun. Pada sumbatan jalan nafas total atau parsial berat,waktu inspirasi dinding dada bergerak turun tapi dinding perut bergerak naik sedangkan pada waktu ekspirasi terjadi sebaliknya. Gerak nafas ini disebut see saw atau rocking respiration.

Adanya retraksi sela iga,supra klavikuler atau subkostal merupakan tanda tambahan adanya sumbatan jalan nafas. Sianosis yang terlihat di kuku atau bibir menunjukkan adanya hipoksemia akibat oksigenisasi yang tidak adekwat. Pada penderita trauma perlu dilihat adanya deformitas daerah maksilofasial atau leher serta adanya gumpalan darah,patah tulang,gigi gigi dan muntahan yang dapat menyumbat jalan nafas.




Dengar (listen)

Didengar suara nafas dan ada tidaknya suara nafas tambahan. Adanya suara nafas tambahan berarti ada sumbatan jalan nafas parsial. Suara nafas tambahan dapat berupa dengkuran (snoring), kumuran (gurgling), atau siulan (crowing/stridor). Snoring disebabkan oleh liadah yang menutup orofaring, gurgling karena secret, darah atau muntahan dan crowing/stridor menunjukan adanya penyempitan jalan nafas karena spasme ,edema atau pendesakan. Suara bicara penderita yang normal menunjukan tidak ada sumbatan jalan nafas sedangkan suara yang parau menunjukan adanya masalah didaerah laring.


Raba atau Rasakan (feel)

Dirasakan hawa ekspirasi yang keluar dari hidung atau mulut, dan ada tidaknya getaran dileher pada waktu bernafas. Adanya getaran dileher menunjukan sumbatan parsial ringan. Pada penderita trauma perlu diraba apakah ada fraktur didaerah maksilofasial dan bagaimana posisi trakea.


Sumbatan

Gerak nafas

Suara tambahan

Hawa ekspirasi

Bebas

Normal

-

+

Parsial ringan

Normal

+

+

Parsial berat

See saw

+

Total

See saw

-

-

Pengelolaan

Tindakan ditujukan untuk membuka dan menjaga jalan nafas tetap bebas dan waspada terhadap keadaan klinis yang menyumbat atau potensial yang akan menyumbat jalan nafas.

Penilaian dan peengelolaan jalan nafas harus dilakukan dengan cepat tepat dan cermat untuk mencegah terjadinya hipoksemia. Pengelolaan dilakukan berdasarkan penyebab, yang paling sering adalah :




1. Lidah dan epiglotis

Pada penderita yang mengalami penurunan tingkat kesadaran maka lidah akan mudah jatuh kebelakang menyumbat hipofaring atau epiglotis jatuh kebelakang menutup rima glotidis. Dalam keadaan seperti ini ,pemmbebasan jalan nafas dapat dilakukan tanpa alat maupun dengan menggunakan jalan nafas buatan. Membuka jalan nafas tanpa alat dilakukan dengan cara head tilt,chin lift,jaw thrust.

Sedangkan alat-alat yang dipakai untuk mengatasi sumbatan jalan nafas karena lidah adalah orofaringel atau nasofaringel tube. Pada pender ita trauma,tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membuka jalan nafas dapat menyebabkan atau memperburuk cedera tulang leher. Oleh karena itu pada penderita trauma dengan dugaan cedera tulang leher cara yang dianjurkan hanya jaw thrust dan chin lift dengan immobilisasi kepala dan leher (in-lline immobilization) secara manual atau memakai neck collar.


Chin Lift

Empat jari salah satu tangan diletakan dibawah rahang ibujari diatas daagu, kemudian secara hati-hati dagu diangkat kedepan. Bila perlu ibu jari dipergunakan untuk membuka mulut atau bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah untuk mengangkat rahang bawah. Manuver chin lift ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala hiperekstensi.


Jaw Thrust

Mendorong angulus mandibula kanan dan kiri kedepan dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada didepan barisan gigi atas,kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk melakukan immobilisasi kepala.


Head Tilt

Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien. Letakan satu telapak tangan didahi pasien dan tekan kebawah, sehingga kepala menjadi tengadah dan lidah terangkat kedepan. Cara ini tidak boleh dilakukan pada pasien dengan dugaan patah tulang leher.


Jalan Nafas Orofaringeal

Alat ini dipasang lewat mulut sampai ke faring sehingga menahan lidah tidak jatuh menutup hipofaring. Ukuran harus tepat yaitu dari tengah mulut sampai ke angulus mandibula atau dari tepi mulut sampai ke tragus. Bila kekecilan malah akan mendorong lidah kebelakang hingga makin menyumbat. Ada dua cara pemasangan yaitu secara langsung dengan bantuan spatula lidah atau secara tidak langsung dengan cara terbalik menyusuri palatum durum sampai palatum molle kemudian diputar 1800 sehingga bagian yang cekung mengarah ke kaudal. Alat ini merangsang muntah dan tidak disukai bila kesadaran penderita membaik.


Jalan Nafas Nasofaringeal

Alat ini dipasang lewat salah satu lubang hidung sampai kefaring yang akan menahan jatuhnya pangkal lidah agar tidak menutupi hipofaring . Diameter disesuaikan dengan besarnya lubang hidung penderita, secara gampang kira-kira sebesar jari kelingking penderita. Pada waktu memasang pelumas harus baik agar tidak melukai pembuluh darah yang ada dirongga hidung. Alat ini lebih dapat diterima oleh penderita dan lebih kecil kemungkinan merangsang muntah dibandingkan jalan nafas orofaringeal.


2. Muntahan, darah,secret dan benda asing.

Penghisap yang berfungsi baik dan berkemampuan tinggi harus ada di ruang gawat darurat untuk menghisap darah, muntahan atau secret yang berada dijalan nafas. Ada dua macam kateter penghisap yang sering digunakan yaitu rigid tonsil dental suction tip atau soft catheter suction tip. Untuk menghisap rongga mulut dianjurkan memakai yang rigid tonsil dental suction tip sedangkan untuk menghisap lewat pipa endotrakheal atau trakheostomi menggunakan yang soft catheter suction tip. Jangan menggunakan soft catheter suction tip lewat lubang hidung pada penderita yang dengan fraktur lamina cribosa karena akan dapat menembus masuk rongga otak. Harus diperhatikan tata cara penghisapan agar tidak mendapatkan komplikasi yang fatal. Benda asing misalnya daging atau patahan gigi dapat dibersihkan secara manual dengan jari-jari. Bila terjadi tersedak (chocking) umumnya tersangkut didaerah epiglottis, dicoba dulu dengan cara back blows, abdominal thrust (Heimlich Maneuver).

3. Trauma daerah Maksilofasial

Dicoba membebaskan jalan nafas dengan cara-cara diatas , tapi bila tidak berhasil segera dilakukan pemasangan jalan nafas yang definitive yaitu intubasi endotrakheal atau krikotiroidotomi, atau trakheostomi.

Jalan Nafas Definitif

Yang dimaksud jalan nafas definitif adalah pipa jalan nafas yang dilengkapi dengan balon (cuff) yang dapat dikembangkan , dapat dipasang ditrakhea. Tujuan pemasangan jalan nafas definitive adalah untuk mempertahankan jalan nafas, pemberian ventilasi, oksigenasi, dan pencegahan aspirasi. Beberapa keadaan klinik yang memerlukan jalan nafas definitive antara lain apnea, tidak mampu mempertahankan jalan nafas dengan cara-cara yang lain, pencegahan aspirasi darah atau muntahan, ancaman terjadinya sumbatan jalan nafas (contoh; trauma inhalasi,statuskonvulsi,trauma maksilofasial,trauma kepala tertutup dengan GCS kurang dari 8, tak berhasil memperoleh oksigenasi yang adekwat dengan menggunakan masker. Ada dua macam jenis jalan nafas definitive yaitu sebagai berikut :


1. Intubasi Endotrakheal

Harus dilakukan oleh mereka yang terlatih dan terampil disertai peralatan yang lengkap. Dapat dilakukan lewat mulut (orotrakheal) atau lewat hidung (nasotrakheal) secara avue (dengan bantuan laringoskop) atau blind (tanpa laringoskop dengan tuntunan nafas penderita). Cara intubasi yang dipilih tergantung keadaan penderita, pengalaman, keputusan dan keterampilan. Sebelum dilakukan intubasi perlu oksigenasi dan bila perlu bantuan ventilasi. Akan lebih baik bila dilakukan monitoring saturasi oksigen dengan pulse oxymetri dan monitor EKG. Hati-hati pada penderita cedera tulang leher tindakan laringoskopi dapat menyebabkan posisi kepala hiperekstensi karena itu perlu immobilisasi kepala dan leher.


2. Dengan Pembedahan (surgical Airway)

Dilakukan bila tidak mungkin atau gagal melakukan intubasi endotrakheal, dapat berupa:

a. Krikotiroidotomi dengan jarum (needle cricothiroidotomy).

Ditusukan jarum/kanula ketrakhea kearah distal lewat membrana krikotiroidea. Ukuran jarum 12 – 14 G pada dewasa atau 16 – 18 G pada anak. Ukuran jarum/kanula dengan Y konektor dihubungkan kesumber oksigen dengan aliran 12-15 lpm. Cara ini disebut jet insufflation untuk memberikan oksigen dengan cepat.


b. Krikotiroidotomi dengan pembedahan (surgical cricothiroidotomy).

Dilakukan insisi pada membrana krikotiroidea dan kemudian dimasukan kanula trakheostomi atau pipa endotrakheal nomer 5,0-6,0 ID.


c. Trakheostomi

Lebih sulit dan lebih lama, karena itu pada umumnya dilakukan secara elektif.









GAWAT NAFAS AKUT


Gawat nafas dapat berupa hipoventilasi sampai kehenti nafas yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam factor antara lain :


  1. Tindakan anestesi :

    • anestesi yang terlalu dalam

    • sisa obat pelemas otot

    • obat narkotik

  2. Suatu penyakit :

    • radang otak

    • radang syaraf

    • stroke

    • tumor otak

    • edema paru

    • gagal jantung

    • miastenia gravis


  1. Trauma – kecelakaan :

    • cedera kepala

    • cedera tulang leher

    • cedera otak

    • keracunan obat

Apapun penyebabnya bila tidak dilakukan penanganan yang baik akan menyebabkan hipoksemia dan hiperkarbia. Karena itu gawat nafas merupakan salah satu kegawatan yang yang cepat menimbulkan kematian, untuk itu perlu penanganan yang, cepat, tepat, cermat dan terpadu atau multidisipliner.


Patofisiologi

Jalan nafas yang tersumbat akan menyebabkan gangguan ventilasi karena itu langkah yang pertama adalah membukajalan nafas dan menjaganya agar tetap bebas. Setelah jalan nafas bebas tetapi tetap ada gangguan ventilasi maka harus dicari penyebab yang lain. Penyebab lain terutama adalah gangguan pada mekanik ventilasi dan depresi susunan syaraf pusat.

Untuk inspirasi agar diperoleh volume udara yang cukup diperlukan jalan nafas yang bebas, kekuatan otot inspirasi yang kuat , dinding torak yang utuh , rongga pleura yang yang negatif dan susunan syaraf yang baik. Bila ada gangguan dari unsure-unsur mekanik tersebut maka akan menyebabkan volume udara inspirasi tidak adekwtat sehingga terjadi hipoventilasi yang menyebabkan hiperkarbia dan hipoksemia. Hiperkarbia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan meningkatkan tekanan intra cranial,yang akan menurunkan kesadaran dan menekan pusat nafas bila di sertai hipoksemia keadaan akan makin memburuk. Penekanan pusat nafas akan menurunkan ventilasi, lingkaran ini harus dipatahkan dengan memberikan ventilasi dan oksigenasi.

Pusat nafas bekerja secara otomatis dan menurut kendali, oleh karena itu pada penderita dengan gangguan ventilasi dimana penolong belum mampu menguasai ventilasinya dan masih diperlukan kooperasi dengan penderita sebaiknya penderita tidak ditidurkan, tetap dalam keadaan sadar. Gangguan ventilasi dan oksigenasi juga dapat terjadi akibat kelainan diparu dan dan kegagalan fungsi jantung.


Parameter ventilasi :

    • Paco2 (normal : 35-45 mmHg}

    • ETCO2 (normal : 25-35 mmHg)

Parameter oksigenasi :

- PaO2 (normal : 80-100 mmHg)

- SaO2 (normal : 95-100).


Penyebab Gangguan Nafas

Seperti apa yang disinggung didepan, banyak factor yang menyebabkan gangguan nafas, tapi pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok :




1. Penyebab sentral

Segala sesuatu yang menimbulkan depresi pada pusat nafas akan menyebabkan gangguan nafas. Contoh obat-obatan (anestesi,narkotik,tranquilizer}, trauma kepala,radang otak, stroke,tumor.


  1. Penyebab perifer


Jalan nafas

Sumbatan jalan nafas akan mengganggu ventilasidan oksigenasi, tetapi setelah jalan nafas bebas masih tetap ada gangguan ventilasi maka harus dicari penyebab yang lain.

Paru

Kelainan di paru seperti radang ,aspirasi, atelektasis, edema, contusio, dapat menyebabkan gangguan nafas.

Rongga Pleura

Normalnya rongga pleura kosong dan bertekanan negatif, tetapi bila ada sesuatu yang menyebabkan tekanan menjadi positif seperti udara (pneumotorak),cairan (fluidotorak),darah (hematotorak) maka paru dapat terdesak dan timbul gangguan nafas.


Dinding Dada

Patah tulang iga yang multiple apalagi yang segmental akan menyebabkan nyeri waktu inspirasi dan terjadinya flail chest sehingga terjadi hipoventilasi sampai atelektasis paru.

Otot Nafas

Otot inspirasi utama adalah diafragma dan inter kostal eksternus. Bila ada kelumpuhan otot-otot tersebut misal karena obat pelumpuh otot, myasthenia gravis, akan menyebabkan gangguan nafas. Tekanan intra abdominal yang tinggi akan menghambat gerak diafragma.

Syaraf

Kelumpuhan atau menurunnya fungsi syaraf yang menginervasi otot interkostal dan

diafragma akan menurrunkan kemampuan inspirasi sehingga terjadi hipoventilasi. Contoh blok subarachnoid yang terlalu tinggi, cedera tulang leher, GBS, poliomyelitis.

Jantung

Kelainan pada jantung seperti payah jantung kiri, infark myokard akut, tamponade jantung dapat menyebabkan gangguan pada paru yang akan menimbulkan gangguan nafas.



Tanda-tanda Gangguan Ventilasi.



Lihat (look)


Takipnea


Takipnea walaupun dapat disebabkan oleh banyak factor seperti nyeri,ketakutan,shock,dapat dianggap sebagai tanda dini adanya masalah jalan nafas dan ventilasi. Lebih-lebih bila disertai dengan upaya nafas yang berat.


Perubahan status mental


Agitasi menunjukan adanya hipoksemia sedangkan penurunan kesadaran mungkin akibat hipoventilasi sehingga terjadi peningkatan PaCO2 yang akan meningkatkan tekanan intrakranial.


Gerak nafas

Bagaimana pengembangan dada dan perut waktu inspirasi, apakah besar,normal atau menurun, bila menurun awas hipoventilasi . Apakah ada paralysis otot nafas (interkostal atau diafragma), bila hal ini terjadi pada penderita trauma mungkin ada cedera tulang leher. Apakah gerak dada simetris kiri dan kanan , bila tidak simetris kemungkinan ada pneumotorak,hematotorak, fluidotorak atau atelektasis paru. Apakah ada penggunaan otot nafas tambahan.



Sianosis

Bila ada berarti hipoksemia, tetapi bila tidak nampak bukan berarti tidak ada sumbatan jalan nafas atau gangguan ventilasi , mungkin baru tahap awal atau HB kurang dari 5 gram.


Distentensi vena leher

Perlu dilihat pada penderita trauma, mungkin ada tension pneumotorak atau tamponade jantung.


Jejas di dada

Dapat berupa luka tusuk, luka lecet, hematom,atau bekas noda.


Dengar (listen)


Keluhan

Bila penderita masih sadar dapat ditanyakan apakah ada keluhan sesak.



Suara nafas


Didengarkan apakah suara nafas normal, menurun atau hilang, apakah ada suara tambahan stridor, wheezing, ronkhi.


Raba (feel)

Hawa ekspirasi

Dirasakan di lubang ekshalasi, hidung, mulut, trakheostomi atau pipa endotrakheal.

  • Emfisema cutis

Pada penderita trauma sering terjadi patah tulang iga multiple yang menimbulkan emfisema subkutis.






Krepitasi atau nyeri tekan


Pada trauma torak sering terjadi patah tulang multiple yang menimbulkan nyeri pada waktu dipakai bernafas, sehingga penderita cenderung bernafas dangkal yang dapat menyebabkan hipoventilasi dan atelektasis paru.


Deviasi trakhea


Bila ada deviasi trachea curiga adanya atelektasis, tension pneumotorak, hematotorak, fluidotorak massif dan hematoma.



Pemeriksaan Tambahan


Pulse oximeter

Untuk mengukur saturasi O2 secara kontinyu dan tidak invasive.


CO2 detektor ( capnograf ).


Untuk mengukur CO2 pada hawa akhir ekspirasi (End Total CO2) secara kontinyu dan tidak invasive.


 Gas Darah

Mengukur PH, PaO2, PaCO2, dan BE.


  • Foto torak
















Kriteria Gagal Nafas


1. Pontoppidan

Menentukan kriteria gagal nafas berdasarkan mechanic of breathing oksigenation dan ventilation.

Parameter

Accetable

range

Chest physical therafi, oxygen, close monitoringt

Intubation

Tracheostomi

Ventilation

Mechanic : Respiratory rate,

Vital capacity,ml/kg

Inspiratory force,cm

H2O


12 – 25

70 – 30

100-50


25 – 35

30 - 15

59 - 25

>`35

< 15

< 25


Oxygenation: A-a DO2, mmHg

Pa O2, mmHg

50-200

100-75

(air)

200-350

200-70

(on mask O2)


> 350

< 70

(on mask O2)


Ventilation : Vd / Vt

PaCO2, mm Hg


0,3 – 0,4

35-45

0,4 – 0,6

45 - 50

  • 0,6

  • 60



2. Shapiro


Gagal nafas akut bila tekanan oksigen arteri (PaO2) <50mmHg dan tekanan CO2 arteri (PaCO2) >50 mmHg (rule of fifty)



3. Petty


a. Acute respiratory failure : PaO2 < 50 mmHg tanpa atau disertai kenaikan PaCO2


b. Acute Ventilatory Failure : PaCO2 > 50 mmHg.



Penngelolaan Gawat Nafas Akut


Jalan nafas (Airway)

Dilakukan pembebasan jalan nafas dan dijaga agar nafas tetap terbuka baik secara manual maupun pakai bantuan alat dan bila perludilakukan pemasangan jalan nafas definitive. Setelah jalan nafas bebas dievaluasi bagaimana dengan ventilasinya apakah membaik atau tambah jelek. Bila membaik, berarti gangguan ventilasinya akibat sumbatan jalan nafasnya, tetapi bila mmasih jelek harus dicari penyebab yang lain.

Oksigenasi

Pemberian oksigen merupakan salah satu prioritas utama dengan tujuan menghilangkan hipoksemia yang terjadi. Pada fase awal sebaiknya diberikan 100 oksigen , kemudian disesuaikan dengan respon dan keadaan penderita. Dengan menggunakan alat bag-valve-mask/tube dengan aliran udara 12 – 15 lpm, kadar O2 hawa inspirasi (FiO2) mendekati 100 dengan masker ketat memakai reservoar dengan aliran O2 10 – 12 lpm FiO2 70 - 80 % , masker O2 aliran 10 – 12 lpm FiO2 50 –60 %, nasal prong dengan aliran O2 2 – 6 lpm FiO2 30 – 45 %. Monitoring pemberian oksigen dapat dilakukan dengan puls oksimeter untuk melihat saturasi O2 dan analisa gas darah untuk melihat PaO2 . diusahakan saturasi lebih dari 95 % dan PaO2 lebih dari 80 mmHg.


Ventilasi


Pada keadaan dimana terjadi hipoventilasi ( PaCO2 > 50 mmHg ) atau henti nafas maka perlu diberikan bantuan ventilasi. Bantuan ventilasi dapat diberikan dengan tanpa alat atau dengan bantuan alat. Dirumah sakit pada umumnya bantuan ventilasi awal dengan menggunakan bag-valve-mask/tube yang bila ditambah dengan oksigen dapat sekalian untuk dapat melakukan oksigenasi . Dasar pemberian ventilasi bantuan adalah ventilasi bertekanan positif berkala (IPPV=Intermittent Positive Pressure Ventilation). Sebagai ukuran bahwa pemberian nafas cukup baik dengan melihat pengembangan dada, capnograf End Tidal CO2 dan analisa gas darah.

Sirkulasi


Diperlukan hemodinamik yang baik, sebab tanpa hemodinamik yang baik oksigen yang diberikan tidak akan sampai kejaringan atau sel. Bila ada shock harus segera diatasi.



Disability/Neurologik

Tingkat kesadaran penderita dapat menurun akibat hiperkarbia dan hipoksemia yang berat, karena itu perbaikan tingkat kesadaran dapat dipakai sebagai indicator keberhasilan ventilator dan oksigenasi.


Terapi Kausal

Sambil dilakukan resusitasi (terafi suportif) diupayakan mencari penyebabnya gawat nafas, tetapi kadang tidak mudah mencari penyebabnya atau bila diketahui kadang sulit untuk menghilangkannya atau diperlukan waktu yang lama untuk menyembuhkannya.































KEPUSTAKAAN



Prof.Karjadi Wirjoatmodjo,dr.SpAn-KIC, Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untuk Pendidikan S1 Kedokteran, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000.


Commite on Trauma, Advenced Trauma Life Support (ATLS) Student Manual, Chicago American College Of Surgeon, 1997


Diklat IRD Dr.Soetomo, Pelatihan PPGD Penanggulangan Penderita Gawat Darura,t Materi Teknis Standard, Su

rabaya, 2003.

Related Post



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Archives

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com