Jumat, 23 Maret 2012

Terapi Nutrisi pada Penderita Kanker

| Jumat, 23 Maret 2012 | 0 komentar

Terapi Nutrisi pada Penderita Kanker

Penulis: WED


Sebelum dilakukan pengobatan pada penderita kanker, lebih dulu dilakukan terapi nutrisi. Sebab, nutrisi mendukung kekuatan fisik.

Peranan nutrisi sangat penting untuk membangun sel-sel tubuh. Dengan nutrisi, fungsi sel-sel tubuh juga dapat ditingkatkan. Selain itu, nutrisi bagi tubuh juga berperan sebagai upaya meminimalisasi berkembangnya suatu penyakit menjadi parah. Lebih jauh, nutrisi sangat mendukung upaya pengobatan dan penyembuhan seseorang dari suatu penyakit.

Untuk pendukung penyembuhan, nutrisi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan pasien. Pada penderita kanker, misalnya, sering kali mengalami gangguan pada nafsu makan. Akibatnya, asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh juga terganggu. Itu terjadi karena adanya perubahan sel yang melepas diri dari mekanisme pengaturan normal. Sebagai informasi, kanker terjadi karena adanya pertumbuhan sel yang tak terkendali secara normal, seperti multiplikasi dan menyebar.

''Penyakit kanker yang lokal maupun sistemik dapat mengakibatkan gejala gangguan metabolisme dalam tubuh. Biasanya itu terjadi akibat dari kankernya sendiri maupun komplikasi dari penggunaan obat antikanker,'' papar Dr Ririn Hariani MS, bagian Instalasi Gizi dan Tata Boga RS Kanker Dharmais, beberapa waktu lalu, di Jakarta.

Menurutnya, gangguan nutrisi yang sering terjadi pada penderita kanker antara lain kaheksia. Istilah ini menandakan suatu sindroma yang diawali dengan gejala klinik seperti anoreksia, perubahan ambang rasa kecap, penurunan berat badan, anemia, dan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. ''Anoreksia inilah faktor utama terjadinya kaheksia pada kanker,'' lanjutnya.

Berkurangnya nafsu makan pada anoreksia ini disebabkan oleh zat metabolit yang dihasilkan sel kanker. Zat ini membuat penderita merasa cepat kenyang dan menyebabkan perubahan rasa kecap. Di samping itu, stres psikologis pada penderita kanker jadi penunjang munculnya anoreksia.

Penderita kanker juga mengalami penurunan berat badan. Selain disebabkan oleh anoreksia dan gangguan metabolisme lain, juga akibatkan dari hipermetabolisme.

Terapi nutrisi pada penderita kanker ditujukan untuk mempertahankan status nutrisi. Terapi ini juga untuk mengurangi gejala sindroma kaheksia, mencegah komplikasi, dan memenuhi kecukupan mikronutrien.

Faktor yang paling kuat dalam penurunan nafsu makan dan berat badan adalah pengobatan penyakit kanker. Jenis pengobatan yang dilakukan umumnya adalah kemoterapi, radiasi, dan pembedahan. ''Pengobatan seperti itu dapat mempengaruhi status nutrisi penderita. Namun, status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari terapi antikanker, dan juga membuat penderita merasa lebih baik,'' sambung Ririn.

Malnutrisi
Kemoterapi memberikan efek malnutrisi dengan berbagai sebab, seperti muntah, mual, stomatitis atau sariawan, gangguan saluran pencernaan, dan penurunan nafsu makan. Di samping mempengaruhi status nutrisi, itu juga mempengaruhi hasil pengobatan kemoterapi.

Malnutrisi juga terjadi pada pasien dengan pengobatan radioterapi. Beratnya malnutrisi ini tergantung pada lokasi yang terkena radiasi, dosis, dan lama waktu radiasi. Biasanya rasa mual, muntah, mukositis, sulit menelan, dan susah membuka mulut terjadi pada radiasi di kepala, leher, troraks, dan abdomen.

Masalah nutrisi juga akan dipengaruhi oleh tumor yang becokol di saluran pencernaan. Biasanya ini terjadi pada operasi pembedahan yang dilakukan pada saluran pencernaan.

Operasi gaster mengakibatkan penurunan absorpsi vitamin B12. Operasi pankreas dapat menyebabkan gangguan metabolisme glukosa. Sedangkan, operasi kolon bisa menimbulkan kehilangan air dan elektrolit.

Pada beberapa pengobatan, kata Ririn, sering kali menyebabkan perubahan pada rasa kecap. Ini yang sering membuat para pasien penderita kanker malas untuk makan. ''Justru itu diusahakan pasien tetap makan. Jangan khawatir, setelah pengobatan, sel-sel rasa kecap akan tumbuh lagi dan pasien bisa merasakan makanan.''

Terapi nutrisi
Pemberian nutrisi dalam terapi kanker berubah-ubah dan sangat individual. ''Ini tergantung pada perjalanan penyakit dan terapi pengobatan yang dijalani. Sebelum dilakukan pengobatan, terapi nutrisi sudah dilakukan. Soalnya, nutrisi mendukung kekuatan fisik,'' ujar Ririn lagi.

Belum ada ketentuan pasti berapa kebutuhan nutrisi, seperti energi dan protein, pada penderita kanker. Namun, secara umum dianjurkan untuk memenuhi kalori sebanyak 25-35 kal/kg berat badan (BB) per hari. Sedangkan untuk protein sebanyak 1-1,5 gram/kg BB. Untuk suplementasi vitamin, sesuai kebutuhan saja, terutama bagi yang tak dapat mengonsumsi diet gizi seimbang.

Pemberiannya pun harus dievaluasi secara rutin disesuaikan perubahan status medis, status nutrisi, dan pemeriksaan laboratorium. ''Perubahan nutrisi harus direncanakan sesuai dengan evaluasi itu. Penyesuaiannya dapat berupa perubahan pilihan makanan, waktu pemberian makanan, komposisi nutrien, dan cara pemberian makanannya,'' lanjut Ririn.

Cara pemberian makanan pada terapi nutrisi bagi penderita kanker beragam. Caranya lewat mulut (oral), lewat pipa, (enteral), dan parenteral. Masing-masing cara punya kelebihan dan kekurangannya.

Yang paling disukai adalah pemberian lewat oral. Hanya saja, pasien dengan anoreksia dan perubahan rasa kecap, cara oral menjadi masalah dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Karena itu, penyajian makanan dengan cara ini perlu disiasati agar membangkitkan nafsu makan dan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Makanan diberikan sedikit tapi sering dengan kandungan tinggi kalori dan protein. Mereka yang terganggu rasa kecapnya, makanan diberi bumbu lebih banyak dengan bentuk dan aroma yang baik. Bagi penderita dengan gangguan menelan dan sariawan, makanan diberikan dalam bentuk lembut.

Bila dengan cara oral tak dapat diterima, maka makanan diberikan cara lewat pipa. Saluran pipa ini digunakan lewat hidung sebagai cara termudah. Pipa itu bermuara di lambung maupun usus halus tergantung lokasi tumor.

Pemberian makanan lewat parenteral perlu pertimbangan lebih khusus, terutama pada gangguan fungsi saluran cerna dan operasi pemotongan usus. Cara ini biasanya lewat pembuluh darah balik, otot, dan kulit. Namun, cara suntikan itu lebih mahal dan memiliki efek samping nutrisi yang cukup besar.

http://www.republika.co.id/asp/kirim_berita.asp?id=157064&kat_id=105&edisi=Cetak


Related Post



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Archives

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com