Jumat, 27 Agustus 2010

agar tidak malas

| Jumat, 27 Agustus 2010 | 0 komentar

agar tidak malas

Saudaraku, bulan Ramadhan ini harus menjadi sarana bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri. Bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan, bulan training centre. Bahkan pada masa Rosulullah SAW, bulan ini dicanangkan sebagai bulan prestasi. Al Quran turun pada bulan Ramadhan. Pertempuran-pertempuran dimenangkan oleh para sahabat pada bulan Ramadhan. Itu sebabnya Rosulullah SAW menyebutnya sebagai bulan prestasi.
Kita harus mengubah gaya hidup kita pada bulan Ramadhan. Alangkah bodohnya jika kita melewatkan bulan ini dengan bermalas-malasan. Jangan sampai pada sepuluh hari terakhir di bulan mulia ini kita malah menjadi malas beribadah, malas bekerja, malas belajar, dan lain sebagainya. Sebaliknya kita malah semakin sibuk mempersiapkan baju baru, kue, atau segala pernak-pernik lebaran yang tidak ada hubungannya dengan ibadah. Bergembira menyambut Idul Fitri jelas tidak salah. Bahkan harus, kita harus gembira menyambutnya. Akan tetapi semuanya harus proporsional. Alangkah ironisnya jika kita “bergembira” di hari Idul Fitri, padahal secara jujur ibadah kita di bulan Ramadhan jauh dari optimal. Kita lebih sering bermalas-malasan ketimbang bersemangat ketika hendak beribadah.
Saudaraku, berbicara tentang kemalasan, maka bukan berbicara tentang kurang pengetahuan. Dia tahu tapi tidak melakukan yang semestinya dilakukan, entah itu karena enggan atau malas itu tadi. Sesungguhnya kerugian yang timbul akibat kemnalasan pun bukan main-main bisa jadi sampai hilang nyawa. Pengangguran yang malas mencari nafkah atau malas bekerja keras, benar-benar dapat menjadi beban pemborosan karena walaupun menganggur dia tetap harus menguras dana untuk makan, minum, tempat berteduh, mandi, listrik, air ledeng, dan sebagainya. Padahal kalau dia mau saja keluar dari rumahnya dengan niat dan tekad untuk bekerja keras mencari nafkah niscaya akan seperti burung yang keluar dari sangkarnya dan kembali membawa cacing untuk makan keluarganya, jadi bukan karena tidak ada jatah rezekinya melainkan malas menjemput jatahnya. Kaupun memang belum waktunya, jadilah pribadi yang sanggup berhemat dan tidak menjadi beban.
Ada seorang pemuda, malah mahasiswa, mempunyai motor yang bagus tapi dia malas sekali untuk memarkir kendaraannya di tempat semestinya. Dia merasa lebih mudah menyimpan di depan pintu kostnya dan diapun malas untuk repot-repot menggunakan rantai pengaman. Di ujung kisah ini sudah bisa ditebak, kemalasan seperti ini akan memberi kemudahan bagi para maling untuk melakukan aksinya. Malas mengeluarkan waktu dan tenaga yang tak seberapa, maka hasilnya lenyaplah berjuta-juta.
Kisah lainya, tentang safety belt atau sabuk pengaman. Karena sudah terbiasa tidak menggunakan dan juga malas memakainya, sang boss sebagai pemilik mobil mewah harus memikul derita menyedihkan, yaitu tatkala ada mobil orang lain yang hilang kendali sehingga menabrak mobilnyatanpa bisa dihindarkan. Akibatnya, selain harus berbaring di rumah sakit berbula-bulan karena gegar otak dan patah tulang tangan dan kakinya yang tentu mengeluarkan biaya mahal juga tak dapat bekerja dengan baik yang menghilangkan kesempatan bisnisnya serta silahkan hitung jenis kerugian lainnya.
Hal yang berbeda tidak dialami sang supir yang walaupun pendidikannya hanya sekolah dasar tapi selalu berusaha tertib, disiplin, dan tidak mengenal malas untuk menyempurnakan kewajibannya. Sang supir selamat karena menggunakan sabuk pengaman dengan baik dan juga tidak pernah malas untuk berdoa meminta perlindungan kepada Allah yang menguasai segala kejadian. Tak pernah malas untuk berzikir sepanjang jalan, juga tak pernah malas untuk bersedekah, bukankah sedekah adalah penolak bala.
Silahkan renungkan sendiri perkara kemalasan lainnya. Misalnya malas mandi, maka bersiaplah untuk berpanu ria. Malas mengerjakan tugas dan belajar maka bersiaplah untuk tidak naik kelas. Malas ngantor maka bersiaplah untuk dirumahkan, malas ibadah maka bersiaplah untuk mendapatkan penderitaan dunia akhirat, na'uzubillah. Bukankah tugas kita di dunia ini untuk beribadah? Percayalah tidak ada jalan kesuksesan bagi si pemalas yang malang. Maka, marilah kita lawan dengan segenap tenaga, dobrak, bagai buldozer menggempur penghalang. Yakinlah bahwa kita sangat sanggup melawan kemalasan yang merugikan dan menghinakan itu dengan mudah asalkan mau memulainya dengan belajar mendisiplinkan diri dalam segala hal. Selamat menikmati hasilnya!. Wallahua'lam.


Daftar Pustaka
Gymnastiar, Abdullah. 2004. Ramadhan bersama MQ (hal 86-90). Bandung: MQS Publising

Related Post



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com