Jumat, 27 Agustus 2010

belajar mencintai Allah

| Jumat, 27 Agustus 2010 | 0 komentar

belajar mencintai Allah

Cinta kepada Allah akan timbul kalau kita sudah mengenal Allah dengan baik. Sama sepeti orang-orang yang sedang jatuh cinta. Orang tidak jatuh cinta begitu saja . Ada keistimewaan tertentu pada seseorang sehingga ia dirindukan oleh orang-orang yang mencintainya. Setealah tau keistimewaannya, ia akan dikenal jauh tentang ciri-cirinya, kebiasaannya, perilakunya, kegemarannya, dan lain-lain. Hal ini akan melahirkan cinta yang mapan.
Mencintai Allah tentu tidak sama dengan mencintai manusia. Namun landasannya tetap, yakni seberapa jauh kita mengenal Allah. Bagaimana akan tumbuh cinta kepada Allah jika kita tidak kenal siapa Allah? Apa keistimewaan-keistimewaan, keagungan, kesempurnaan, dan sifat-sifat Ketinggian lainnya? Cinta akan tumbuh ketika kita mengenal dengan sifat-sifat kesempurnaan Allah.
Jalan untuk mengenal Allah tiada lain selain dengan terus memperbanyak ilmu tentang Allah. Bahkan ilmu makrifatullah (mengenal Allah) ini menurut Imam al-Ghazali adalah ilmu wajib yang harus kita prioritaskan sebelum ilmu-ilmu yang lain.
Menyembah (ibadah) kepada Allah adalah perintah bagi seluruh manusia. Dan ibadah itu adalah sesuatu yang universal untuk semua kaum di muka bumi. Apa artinya ibadah jika kita tidak kenal siapa yang kita ibadahi? Jangan-jangan niat hati menyembah Allah namun karena salah ilmu kita justru bermaksiat pada-Nya. Itulah perlunya ilmu mengenal Allah sebagai Rabb yang kita ibadahi.
Mencari ilmu ma'rifatullah dengan cara datang ke majelis-majelis taklim, membaca buku, silaturahmi dengan para ulama, dan lain-lain. Mencari ilmu adalah kemuliaan yang tiada bandingnya. Kita harus terus punya komitmen untuk mengumpulkan referensi-referensi dari para ulama yang mencintai Allah. Sebab dengan membaca karya-karya mereka, kita akan semakin termotivasi untuk lebih mencintai Allah.
Rasulullah Saw bersabda ,” Barang siapa menempuh suatu jalan yang dengan jalan itu dia dapatkan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga.” (al-Hadits). Tidak peduli seberapa pun ilmu yang kita dapat, yang pasti kesungguhan kita itu akan membawa kemudahan untuk meraih samudera rahmat Allah di syurga nanti. Insya Allah.
Para ulama dahulu membutuhkan pengorbanan fisik yang luar biasa untuk mencari ilmu. Hari ini kita mendapat banyak kemudahan. Al Quran sudah ada dengan terjemahny, tafsirnya dan perincian-perinciannya. Kitab-kitab hadist sudah tersusun rapi dengan banyak corak dan cetakannya. Kita tidak perlu ikut menyusun itu semua, hanya tinggal pakai. Logikanya, kualitas ilmu kita lebih baik dari para pendahulu kita. Tapi kenyataannyacenderung terbalik, semakin banyak kemudahan justru semakin lemah kegigihan kita.
Untuk cinta pada Allah, kita harus mengenal-Nya. Tentu saja, untuk mengenal Allah kita harus tahu ilmunya. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mengenal Allah. Jika kita sungguh-sungguh dan mau sedikit berkorban Allah akan menunjukkan jalan. Mujahadah atau kesungguhan akan membuhkan hidayah dan kebersamaan Allah dalam setiap langkah hidup kita.
Tapi jika kita sudah tahu ilmunya, kita masih harus terus berjuang dengan terus istiqamah berusaha mengamalkan ilmu itu secara ikhlas. Dan tentu saja semua ini harus kita jalankan secara ikhlas bukan atas dasar riya'. Inilah yang perlu kita tempuh agar kita bisa cinta dan kemudian dicintai oleh Allah. Kita harus mengenal-Nya dengan ilmu, melaksanakan ilmu itu dengan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Insya Allah kita akan ditolong oleh Allah. Wallahua'lam.


Daftar Pustaka
Gymnastiar, Abdullah. 2004. Ramadhan bersama MQ (hal 18-21). Bandung: MQS Publising

Related Post



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com