ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An “AR” DENGAN HIDROCEFALUS OBSTRUKSI HEMATOME INTRAVERTRIKEL LATERAL DI CENDANA 4
RSUP Dr. SARDJITO
TUGAS KEPERAWATAN ANAK I
DISUSUN OLEH :
Kelompok 6:
Cholida Novilanti (1408008)
Deasy Nurul Fadhilah (1408010)
YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA
AKADEMI KEPERAWATAN “YKY” YOGYAKARTA
TAHUN 2010
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME. Karena dengan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak I ini. Dan makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak I semester IV, yang dibimbing oleh Ibu Tri Arini, S. Kep. Ns. Makalah ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak sakit dengan hydrocephalus.
Pasien Hydrocephalus adalah pasien yang sangat menderita dan memerlukan perawatan khusus karena adanya kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologist berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital. Dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komperehensif. Akan tetapi ada kalanya perawat melupakan atau tidak memperhatikan hal tersebut secara keseluruhan. dan makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada pembaca, agar dapat mengetahui mengenai Asuhan Keperawatan pada An “AR”.
Dan diharapkan dapat mendokumentasikan askep pada An “AR” sebagai implementasi dari unsur legal dalam keperawatan. Dan penulis mengucapkan banyak terima kasih pada pihak Ibu Tri Arini, S. Kep. Ns. dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 25 Oktober 2009
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi di dunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi faktor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.
Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001). Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada anak usia dibawah 6 tahun.
Dari data yang didapat dalam kurun waktu 6 (enam) tahun pada kasus Hydrocephalus di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda khususnya ruang Angsoka terdapat 101 kasus hydrocephalus dari 6233 kasus penyakit saraf yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Penyakit
PENGERTIAN
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998)
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)
Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.
TIPE HIDROCEFALUS
Menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan
Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
Hidrocefalus obstruksi ---> Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan oleh plexus koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen lusckha dan magendie.
Hidrocefalus komunikans ---> Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan sistem ventrikel.
ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
Kelainan bawaan
Stenosis Aquaductus sylvii --> merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
Spina bifida dan cranium bifida --> Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
Sindrom Dandy-Walker ---> Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
Kista Arachnoid ---> Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia.
Anomali pembuluh darah
Infeksi
Perdarahan
Neoplasma
PATOFISIOLOGI
Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3 mekanisme yaitu: produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konskwensi dari tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama perkembangan Hidrocefalus. Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat.
Perubahan mekanis dari otak
Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis
Hilangnya jaringan otak
Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial.
TANDA DAN GEJALA
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)
TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbital
Sklera mata tampak di atas iris
Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital
KOMPLIKASI
Peningkatan TIK
Kerusakan otak
Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
Emboli otak
Obstruksi vena kava superior
Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
Peningkatan TIK
Pembesaran kepala
kerusakan otak
Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
Kerusakan jaringan saraf
Proses aliran darah terganggu
PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR, 1972)
Drainase Lombo-Peritoneal
Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
Drainase ke dalam anterium mastoid
Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978) mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian pada Hydrocephalus menurut Suradi dan Yuliani (2001), yaitu pembesaran kepala pada bayi atau lingkar kepala, ukuran ubun-ubun menonjol bila menangis, vena terlihat jelas pada kulit kepala, binyi cracked pot pada perkusi, tanda setting sun, penurunan kesedaran, oposthotonus, spesifik pada ekstrimitas bawah, tanda peningkatan tekanan intracranial (muntah proyektil, pusing, papil edema), perubahan tanda vital khususnya pernafasan, pola tidur, prilaku dan interaksiDiagnosa Keperawatan
Pasien Hydrocephalus adalah pasien yang sangat menderita dan memerlukan perawatan khusus karena adanya kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologist berupa gangguan kesedaran sampai pada gangguan pusat vital. Masalah yang perlu diperhatikan adalah gangguan neurologist, resiko terjadinya decubitus, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit (Nyastiyah,1997).
Masalah keperawatan menurut Suradi dan Yuliani (2001), ada enam yaitu :
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairanserebro spinal, meningkatnya tekanan intracranial.
Resiko injury berhubungan dengan pemasangan shunt.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya tindakan untuk mengurangi tekanan intracranial, meningkatnya tekanan intracranial.
Resiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt.
Perubahan peruses keluarga berhubungan dengan kondisi yang mengancam kehidupan anak.
Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan anak.
Perencanaan
Rencana tinmdakan sesuai teoti yang dirtetepkan olah Suriadi dan Yuliani tahun 2001, pada Hydrocephalus adalah :
Cegah komplikasi dengan :
Ukur lingkar kepala setiap 8 jam.
Monitor kondisi frontanel
Atur posisi anak miring kearah yang tidak dilaksanakan tindakan operasi.
Jaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari pengurangan tekanan intracranial yang tiba-tiba.
Observasi dan nilai fungsi neurologis tiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil.
Laporkan segera tiap perubahan tingkah laku atau perubahan tanda-tanda vital.
Nilai kesadaran balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap dua jam.
Ganti posisi setiap dua jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu
Cegah terjadinya infeksi dan injury :
Laporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital atau tingkah laku.
Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau pembengkakan.
Pertahankan kondisi terpasangnya shunt yang tidak baik maka segera untuk kolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt.
Lakukan pemijatan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada awalnya.
Bantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat berpartisipasi :
Berikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan.
Hidari dalam pemberian pernyataan yang negative.
Tunjukkan tingkah laku yang menerima keadaan anak.
Berikan dorongan pada orang tua untuk membantu perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.
Jelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
Berikan dukungan pada tingkah laku orang tua yang positif.
Diskusikan tingkah laku orang tuayang menunjukkan adanya frustasi.
Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas yaitu :
Mencegah komplikasi.
Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam.
Memonitor kondisi fontanel.
Mengatur posisi anak miring kearah yang tidak dilakukan tindakan operasi.
Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk ,menghindari tekanan intracranial yang tiba-tiba.
Observasi dan nilai fungsi neurologist tiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil.
Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku misalnya : mudah terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran, atau perubahan tanda-tanda vital.
Menilai keadaan balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap 15 menit hingga tanda vital stabil, selanjutnya setiap 2 jam.
Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu.
Mencegah terjadinya infeksi dan injury :
Melaporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital (meningkatnya temperature tubuh) atau tingkah laku.
Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau pembengakakan.
Mempertahankan kondisi terpasangnya shunt tetap baik, jika kondisi shunt yang tidak baik maka segera berkolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt.
Melakukan pemijitan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada awalnya.
Membantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat beradaptasi :
Memberikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan.
Menghindari dalam memberikan pernyataan yang negative.
Menunjukan tingkah laku yang memerima keadaan anak (menggendong, berbicara dan memberikan kenyamanan pada anak).
Memberikan dorongan pada orang tua untuk membentu perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.
Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
Memberikan dukungan pada tingkah laki orang tua yang positif.
Mendiskusikan tingkah laku orang tua yang menunjukkan adanya frustasi.
Evaluasi
Menurut Suradi dan Yuliani (2001), hasil yang akan dicapai :
Anak akan menunjukan tidak adanya tanda-tanda komplikasi perfusi jaringan serebral adekuat.
Anak akan menunjukan tanda-tanda terpasangnya shunt dengan tepat.
Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda injury.
Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda infeksi (tumor, rugor, dolor, kalor, fungsi laesa).
Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk mengatasi rasa berduka.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa : 1. Cholida Novilanti
2. Deasy Nurul Fadhilah
NIM : 1. 1408008
2. 1408010
Ruang : Cendana 4
Tanggal pengkajian : 12/1/10 Jam 21.15
Metode : Wawancara, Observasi, Pemeriksaan Fisik
Sumber data : Orang tua, status pasien, petugas kesehatan lain
INDENTITAS
No MR : 01 45 59 21
Tgl masuk RS : 12 Januari 2010
Nama Klien : An “AR”
Panggilan : “R”
Tempat tgl lahir : Mungkid, 8 Desember 2009
Umur : 1 Bulan 5 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa, Indonesia
Nama Ayah / Ibu : Tn “S” / Ny “B”
Pekerjaan : Buruh / IRT
Pendidikan : SD / SD
Alamat : Santan Progowati Mungkid Magelang
KELUHAN UTAMA
Kepala membesar
Ibu mengatakan “saya khawatir dengan keadaan anak saya mbak”
RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
Satu minggu sebelum masuk RS ibu mengeluh mulai melihat kepala anaknya membesar kemudian di periksakan ke RSUD Muntilan tanggal 6 Januari 2010 di poloklinik dianjurkan mondok.
Tanggal 9 Januari 2010 foto scan di RS Pantirapih Yogyakarta, kembali lagi ke RSUD Muntilan untuk menunggu hasil scan.
Tanggal 11 Januari 2010 jam 13.45 WIB anak masuk IRD
Planing IRD in ≠ RL
Cel lab alb glob, Na, KCL
Homeostasis
Baby gram
Masuk ke Cendana 4 jam 14.00
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Prenatal
Ibu mengatakan selama hamil tidak ada keluhan, saat hamil periksa rutin di bidan.
Peri natal
Ibu mengatakan saat melahirkan ditolong bidan dan normal
Post natal
Ibu mengatakan anaknya lahir 1engkap, tidak ada kelainan selama nifas juga tidak ada keluhan
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan anaknya belum pernah menderita penyakit berat sebelum ini.
Riwayat injuri
Ibu mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan
Riwayat alergi
Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat alergi obat atapun makanan.
Riwayat imunisasi
BCG : 1 x(1 hari setelah lahir di bidan)
Hepatitis : 1 x (bersama dengan Bcg)
Dpt, polio, campak, gelum
RIWAYAT SOSIAL
Yang mengasuh : Kedua orang tuanya
Hubungan dengan anggota keluarga : baik
RIWAYAT KELUARGA
Sosial ekonomi
Sedang orang tua (ayah) bekerja sebagai buruh lepas.
Lingkungan rumah
Rumah berada di pedesaan
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit asma, TBC, Hipertensi
Genogram
Ibu Ayah
Pasien
: Perempuan
: Laki-laki
: Laki-laki Meninggal
: Pasien
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
---- : Tinggal serumah
PENGKAJIAN TINGKAT PEKEMBANGAN SAAT INI
Personal social
Anak bisa tersenyum spontan, saat diajak bercanda, anak bisa tersenyum
Adaptif motorik halus
Bahasa
Pasien bisa dipanggil menatap orang yang mengajak bicara
Motorik kasar
Anak bisa menggerakan kepala kekanan dan kekiri
PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Ibu pasien tahu kalau anaknya membutuhkan perawatan yang lebih memadai dan ibu selalu berharap dan minta do’anya anaknya cepat sembuh.
Nutrisi
Dari sejak lahir pasien minum ASI saja reflek menghisap baik
Cairan
ASI semuanya
Mendapat infus RL 20 tpm mikro
Injeksi cefotaxime 2x250 mg
Aktivitas
Tidur, menangis
Tidur dan istirahat
Anak lebih banyak tidurnya ± 10-12 jam/hari
Eliminasi
BAK ngompol 1 5x /hari
BAB 3x /hari lembek
Pola hubungan
Hubungan dengan orang tua baik, ditandai bila anak nangis kemudian digendong ibunya anak diam.
Keping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan.
Anak menangis bila lapar ingin minum
Kognitif dan perepsi
Ibu mengatakan bingung dengan keadaan anaknya Ibu sering bertanya-tanya tentang kaadaan anaknya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umurn
Tingkat kesadaran : composmentis
Nadi : 120 x/menit Suhu : 30 °C RR: 32x/hari LK: 39 an
Kulit
Lembab, turgor kulit baik, tidak ada luka, perabaan hangat
Kepala
Kepala tampak membesar LK 39 cm ubun-ubun datar, sunset phenomen (+)
Mata
Simetris, bersih tidak ada skret, conjung tiva tidak dinamis, sklera tidak icterik, pupil isokor, kulit penglihatan baik.
Telinga
Bersih, simetris, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada ganggungan pendengaran
Hidung
Bersih, simetris tidak ada skret yang keluar
Mulut
Berish, tidak stomatitis
Leher
Simetris tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan uera jugularis
Dada
Inpeksi : dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak tidak ada luka
Perkusi : suara sohor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler paru-paru bersih tidak ada wizing.
Abdomen
Inspeksi : simetris tidak ada luka bekas operasi
Auskultasi : peristaitik (+) 13 x/menit Perkusi .
Palpasi : tidak ada nyei tekan
Genetalia
Laki-laki, alat kelamin bersih, tidak ada kelainan
Anus dan rectum
Bersih, tidak ada kelainan, tidak ada atesria ari
Moskuloskutal
Ekstermitas otas : gerakan aktif, tidak ada kelainan
Ekstermitas : gerakan (aktif pada kaki sebelah kiri terdapat tusukan ifus sejak tanggal 12 januari 2010
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANGAN
CT. Scan kepala tanggal9 Januari 2010
Kesan : - Hidrosecefalus obstruksi
intraventrikel lateralis, hematom intraventikel III dan IV hematom, tak tampak SOP/INFORK
14 Januari 2010
Baby gram
Kesan pulmo : tak tampak adanya kelainan, tonfigurasi cor normal
Abdomen : gambar distrik sistem usus
Laborat tanggal 14 Januari 2010
| Hasil | Reference | Remaks |
TP | : 4, 72 g/dl | 6,40-30 | Low |
ALB | : 2,83 g/dl | - | |
Bun | : 4,8 mg.dI | 7,0-8,0 | Low |
Cre | : 0,39 mg/dl | 0,60-1,30 | Low |
Uric | : 3,7 mg/dl | 3,6-72 | |
Glu
| : 91 mg/dl | - | |
Na | : 140,1 mmol/1 | 136,0-145 | |
K | : 4,63 mmol/l | 3,10-5,00 | |
Cl | : 110,2 mmol/1 | 98,0-107,0 | High |
Glob | : 1,59 g/dl | - | |
14 Januari 2010
Homeostasis
PPT | :34,1 | det | 13,3-16 |
INR | : 3,59 | | |
Kontrol | :13,7 | det | |
APTT | : 94,9 | det | 28-35 |
Kontrol | :31,1 | | |
BT | :2 | | |
Informasi lain
dii/asi
Terpasang infus RL 20 Hs/menit mikro
Ceotaxime 2x250 mg IV
Tunggu jadwal operasi pemasangan VP shurt
ANALISA DATA
-
DATA
PENYEBAB
MASALAH
Ds:
Ibu pasien mengatakan “saya khawatir dengan keadaan anak saya mbak”
Ibu pasien mengatakan bingung dengan keadaan anaknya
Do:
Ibu pasien sering bertanya-tanya tentang keadaan anaknya
Keterbatasan paparan
Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit hidrosefalus
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
Cemas b/d krisis situasional
Ds:
Ibu pasien mengatakan “saya khawatir dengan keadaan anak saya mbak”
Ibu pasien mengatakan bingung dengan keadaan anaknya
Do:
Ibu pasien sering bertanya-tanya tentang keadaan anaknya
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA : An “AR”
NO. MR : 01 45 59 21
Hari/ Tanggal | DIAGNOSA KEPERAWATAN | PERENCANAAN | ||
TUJUAN | TINDAKAN | RASIONAL | ||
Selasa, 12/1/10 Jam 21.15 WIB | Cemas b/d krisis situasional Ds:
Do:
| Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien akan mampu mengkontrol cemas dan menciptakan/ mengem bangkan koping yang lebih efektif dengan kriteria hasil :
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar