Rabu, 17 Agustus 2011

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEPRESI

| Rabu, 17 Agustus 2011 | 19 komentar

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN DEPRESI



A. Konsep dasar

    1. Pengertian

  1. Depresi adalah keadaan afektif yang mempunyai karakteristik perasaan sedih, merasa bersalah dan harga diri rendah. Keadaan ini kemungkinan bagian dari penyakit baik kondisi kronis maupun akut, sering dihubungkan dengan respon kehilangan (Schultz,Videbeck,1998).

  2. Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood yang mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et all 1993)

  3. Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau (Townsend,1998:179).

b. Jenis-Jenis Depresi

Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):

  1. Menurut gejalanya

  • Depresi neurotik

Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.

  • Depresi psikotik

Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.

  • Psikosis depresi manik

Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.

  • Pemisahan diantara keduanya

Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang tersebut.

  1. Menurut Penyebabnya

  • Depresi reaktif

Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.

  • Depresi endogenus

Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.

  • Depresi primer dan sekunder

Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi 'sekunder') dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.



  1. Menurut arah penyakit

  • Depresi tersembunyi

Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.

  • Berduka

Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali.

  • Depresi pascalahir

Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari kemudian berlalu.

  • Depresi dan manula

Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun, kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang tua.



c. Faktor Predisposisi

Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresii (Townsend,1998:181 - 183):

  1. Teori Biologis

  1. Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi. Luasnya akibat pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara individu-individu yang memiliki hubungan keluarga dengan kelainan tersebut daripada diantara populasi umum (DSM-III-R, 1987).

  2. Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan dalam penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam perubahan natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbons, 1960).

Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin, dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi dalam individu dengan penyakit depresif (Janowsky et al, 1988).

  1. Teori Psikososial

  1. Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif. Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas dan menjadi menghukum.

  2. Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan keputusasaan.

  3. Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan, individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.

  4. Teori Kehilangan Objek. Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan.







d. Faktor Pencetus

Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):

  1. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.

  2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

  3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.

  4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.



  1. Tanda dan gejala Depresi

Menurut Kaplan (1997) gejala utama dari depresi adalah kehilangan minat atau kesenangan. Pasien mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa dalam kesedihan, atau tidak berguna.

Adapun tanda dan gejala depresi menurut Rawlins et all (1993) adalah;

1). Dimensi Fisik

        1. gangguan primer pada struktur dan fungsi otak dan sistem saraf

        2. perubahan kimiawi yaitu penurunan noreprineprin, serotonin dan peningkatan steroid

        3. penurunan metabolisme

        4. penurunan perawatan diri dan kebersihan diri

        5. kehilangan energi dengan lelah dan lemah

        6. penurunan aktivitas motorik

        7. depresi mungkin berhubungan dengan adanya gangguan sistem imun





2). Dimensi Intelektual

  1. pemikiran negatif terhadap diri sendiri, dunia/lingkungan dan masa depan

  2. tidak mampu berfikir rasional

  3. merasa tidak mampu mengontrol dirinya sendiri maupun lingkungan

3). Dimensi Emosional

  1. merasa takut dan cemas

  2. merasa tidak berdaya dan putus asa

  3. perasaan marah ditekan

4). Dimensi Sosial

  1. hubungan antara orang depresi dengan orang lain kadangkala terlihat seperti ketergantungan yang berlebihan

  2. tingkah laku depresi mungkin sebagai usaha untuk memanipulasi orang lain untuk memenuhi kebutuhannya

  3. orang depresi merasa tidak mempunyai pendukung

  4. menarik diri dari lingkungan dan hilang ketertarikan



































B. Asuhan Keperawatan

Pohon Masalah

potensial malukai Orla/diri sendiri

Gangguan komunikasi/komunikasi tidak efektif







Gangguan pola tidur/gangguan pola makan

Menarik diri



Koping tidak efektif







Potensial gangguan nutrisi

MOOD/ALAM PERESAAN (Depresi)













Tidak terpenuhi kebutuhan sehari-hari

Gangguan konsep diri











Harga diri

Idial diri

Identitas diri

Body image

Peran









  1. Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang muncul pada pasien dengan depresi (Fortinash,1995)

  1. Resiko kekerasan terhadap diri berhubungan dengan gangguan mental depresi

  2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah)

  3. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kegagalan

  4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping

  5. Putus asa berhubungan dengan stress berkepanjangan

  6. Defisit perawatan diri (mandi/personal higine) berhubungan dengan menurunnya motivasi

  7. Defisit perawatan diri (makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi



  1. Rencana keperawatan

  1. Resiko kekerasan terhadap diri berhubungan dengan gangguan mental depresi

    1. NOC: Kontrol impuls

Indikator:

  • Mengidentifikasi perilaku impulsive yang berbahaya

  • Mengidentifikasi perasaan yang menyebabkan perilaku impulsive

  • Mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan perilaku impulsive

  • Mengidentifikasi konsekuensi tindakan impulsive bagi diri dan orang lain.

  • Mengenal risiko lingkungan

  • Mengatakan dapat mengontrol impuls

  • Mencari bantuan bila terdapat impuls

  • Mengidentifikasi dukungan sosial

  • Menguatkan kontrak untuk menguatkan perilaku

  • Menjaga control diri walau tidak diawasi.

NIC: Membantu mengontrol marah

Kegiatannya:

  1. Bina Hubungan saling percaya

  1. Gunakan ketenangan

  1. Anjurkan pasien menemui perawat bila ada perasaan marah

  1. Cegah klien melukai fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain bila marah

  1. Ajarkan cara mengekspresikan marah secara fisik (memukul bantal, Olahraga, menulis)

  1. Berikan jaminan pada pasien bahwa perawat akan memberikan tindakan untuk mengurangi impuls

  1. Bantu pasien mengidentifikasi penyebab narah

  1. Identifikasi konsekuensi dalam mengekspresikan marah

  1. Bantu pasien dalam merencanakan untuk mencegah marah

  1. Identifikasi bersama pasien keuntungan mengekspresikan marah secara adaptif dan tidak melukai

  1. Anjurkan pasien menggunakan ketenangan (nafas dalam)

  1. Bantu pasien mengembangkan metode mengekspresikan marah pada orang lain secara asertif

  1. Berikan role model bagaimana mengekspresikannya

  1. Support pasien dalam melaksanakannya

  1. Berikan reinforcement.



    1. NOC: Pengendalian merusak diri

Indikator:

  • Mencari bantuan bila ada perasaan ingin merusak diri

  • Secara verbal mengontrol impuls

  • memperkuat kontrak tidak akan melukai diri

  • Menjaga control impuls walau tidak diawasi

  • Tidak melukai diri

NIC:

        1. Manajemen perilaku ; melukai diri sendiri

Kegiatan:

          1. Tetapkan motif atau alasan dari perilaku merusak diri

          2. Pindahkan benda-benda yang membahayakan dari lingkungan pasien.

          3. Lakukan restrain untuk membatasi pergerakan dan kemampuan untuk melukai diri.

          4. Monitor pasien dan lingkungan secara terus menerus.

          5. Komunikasikan resiko kepada petugas lain.

          6. Anjurkan pasien menggunakan strategi koping (latihan asertif, latihan kontrol impuls, dan relaksasi progresif).

          7. Antisipasi situasi yang memicu tindakan melukai diri dan tindakan untuk mencegahnya.

          8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situai atau perasaan yang dapat melukai diri.

          9. Anjurkan pasien untuk menemui perawat apabila ada pikiran untuk melukai diri.

          10. Ajarkan dan berikan penguatan kepada pasien tentang perilaku koping yang efektif dan ekspresi perasaan yang sesuai.

          11. Berikan obat-obatan yang sesuai untuk menurunkan kecemasan, menstabilkan mood dan menurunkan stimulasi merusak diri.

          12. Gunakan pendekatan yang tidak menghukum saat pasien berperilaku merusak diri.

          13. Hindari pemberian reinforcement negatif terhadap perilaku melukai diri.

          14. Tempatkan pasien pada lingkungan yang aman.

          15. Monitor efek samping obat.

          16. Berikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang obat yang diberikan.

          17. Berikan pendidikan kepada keluarga tentang perilaku merusak diri dan cara penanganannya saat di rumah.

          18. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit apabila perilaku merusak diri disebabkan oleh penyakit.

          19. Monitor impuls yang berbahaya bagi diri sendiri yang bisa berkembang menjadi bunuh diri.

        1. Manajemen lingkungan; pencegahan kekerasan

Kegiatan:

          1. Jauhkan benda tajam, tali dari lingkungan.

          2. Teliti lingkungan secara rutin untuk menghindari bahaya.

          3. Tempatkan tempat tidur pasien dekat kamar perawat.

          4. Berikan alat makan dari plastik atau kertas.

          5. Batasi pasien menggunakan benda-benda tajam.

          6. Monitor pasien selama menggunakan benda tajam (misalnya cukur rambut).

          7. Tempatkan pasien yang resiko melukai diri sendiri dengan teman sekamar, untuk mengurangi isolasi dan kemungkinan melukai diri.

          8. Untuk pasien yang beresiko melukai orang lain, tempatkan di kamar sendiri.



    1. NOC: Pengendalian bunuh diri

Indikator:

  • Mencari bantuan bila ada perasaan ingin bunuh diri

  • Menahan tidak bunuh diri

  • Menguatkan kontrak bunuh diri

  • Mengatakan apabila ada ide bunuh

  • Mengatakan dapat mengontrol impuls

  • Tidak ada percobaan Bunuh diri

  • Menjaga control diri untuk tidak bunuh diri

NIC:

  1. Pencegahan bunuh diri

Kegiatan:

  1. Pastikan apakah pasien mempunyai rencana bunuh diri.

  2. Anjurkan pasien untuk kontrak secara verbal untuk tidak melakukan bunuh diri.

  3. Pastikan pasien mempunyai riwayat percobaan bunuh diri.

  4. Lindungi pasien dari perilaku melukai diri.

  5. Observasi dengan teliti selama krisis bunuh diri.

  6. Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda, gejala dan dasar fisiologi dari depresi.

  7. Beritahu keluarga bahwa resiko bunuh diri akan meningkat bila terjadi depresi berat.

  8. Diskusikan faktor-faktor yang menyebabkan fikiran bunuh diri.

  9. Berikan konseling psikiatri

  10. Anjurkan keluarga dan teman-temannya untuk memberikan support.

  11. Ajarkan kepada keluarga tanda-tanda peringatan akan bunuh diri.

  12. Rujuk pasien ke psikiater.



  1. Outcome: Keseimbangan mood

Indikator:

    • Memperlihatkan mengontrol impuls

    • Melaporkan tidur yang adekuat

    • Memperlihatkan konsentrasi

    • Melaporkan nafsu makan yang normal

    • Tidak ada ide bunuh diri

    • Memperlihatkan ketertarikan dalam lingkungan.

NIC:

      1. Manajemen Mood:

Kegiatan:

        1. Monitor aktivitas perawatan diri

        2. Monitor fungsi kognitif

        3. Berikan obat untuk menstabilkan mood

        4. Monitor intake cairan dan nutrisi

        5. Anjurkan pasien untuk berperan aktif dalam perawatan

        6. Bantu menjaga siklus tidur yang normal

        7. Ajarkan koping dan ketrampilan pemecahan masalah yang baru.

      1. Manajemen medikasi:

Kegiatan:

        1. Monitor efek terapeutik dari obat-obatan

        2. Ajarkan pasien atau keluarga tentang manfaat dan efek samping obat.

        3. Monitor efek samping obat

        4. Ajarkan pasien dan keluarga cara pemberian obat.

        5. Monitor interaksi obat yang tidak terapeutik.







  1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah)

    1. NOC: Ketrampilan berinteraksi sosial

Indikator:

  • Keterbukaan

  • Penerimaan

  • Kooperatif

  • Sensitif

  • Asertif

  • Konfrontasi

  • Perhatian

  • Kesejatian

  • Kehangatan

  • Ketenangan

  • Relaksasi

  • Kompromi



b) Keterlibatan Sosial

Indikator:

    • Berinteraksi dengan teman dekat

    • Berinteraksi dengan tetengga

    • Berinteraksi dengan anggota keluarga

    • Berinteraksi dengan anggota kelompok

    • Berinteraksi dalam aktivitas yang disenangi

Intervensi:

            1. Modifikasi perilaku; ketrampilan sosial

Kegiatan:

    1. Bantu pasien mengidentifikasi masalah interpersonal yang menyebabkan penurunan berinteraksi dengan orang lain.

    2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan problem interpersonal.

    3. Bantu pasien mengidentifikasi pemecahan masalah tersebut.

    4. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan yang mungkin dan konsekuensi dari berhubungan dengan orang lain.

    5. Identifikasi ketrampilan berinteraksi dengan orang lain yang spesifik yang akan menjadi focus latihan.

    6. Bantu pasien mengidentifikasi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai target berinteraksi dengan orang lain.

    7. Tetapkan model yang mendemonstrasikan langkah perilaku dalam situasi yang berarti bagi pasien.

    8. Bantu pasien untuk bermain peran berinteraksi dengan orang lain.

    9. Berikan reinforcement atas kemampuan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain.

    10. Ajarkan pada keluarga, teman, tentang tujuan dan proses latihan berinteraksi sosial.

    11. Libatkan orang yang berarti bagi pasien dalam latihan berinteraksi sosial (role play) dengan pasien.

    12. Berikan umpan balik kepada pasien dan orang yang berarti bagi pasien tentang kesesuaian dalam latihan.

    13. Anjurkan pasien/orang yang berarti bagi pasien untuk mengevaluasi hasil dari latihan berinteraksi sosial, berikan reward untuk hasil positif dan pemecahan masalah untuk hasil yang negatif.

            1. Membangun hubungan yang komplek

Kegiatan:

              1. Ciptakan suasana yang hangat dan menerima

              2. Berikan kenyamanan fisik setelah interaksi

              3. Monitor pesan nonverbal dari pasien.

              4. Klarifikasi pesan nonverbal dengan tepat.

              5. Respon pesan nonverbal dengan tepat.

              6. Atur jarak fisik antara perawat pasien dengan tepat.

              7. Pertahankan postur tubuh terbuka.

              8. Gunakan teknik diam dalam komunikasi.





  1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kegagalan

  1. NOC: Harga Diri

Indikator:

  • Mengatakan penerimaan diri

  • Menerima keterbatasan diri

  • Menjaga postur yang terbuka

  • Menjaga kontak mata

  • Mampu mendeskripsikan keadaan dirinya

  • Komunikasi terbuka

  • Menghormati orang lain

  • Secara seimbang dapat berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok

  • Menerima kritik yang konstruktif

  • Menggambarkan keberhasilan dalam bekerja

  • Menggambarkan keberhasilan dalam kelompok sosial

  • Menggambarkan kebanggan terhadap diri

NIC :

    1. Peningkatan harga diri:

Kegiatan:

      1. Monitor pernyataan pasien tentang harga diri

      2. Anjurkan pasien utuk mengidentifikasi kekuatan

      3. Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang lain

      4. Kuatkan kekuatan pribadi yang pasien identifikasi

      5. Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain.

      6. Berikan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien.

      7. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas meningkatkan harga diri.

      8. Monitor frekuensi pasien mengucapkan negatif pada diri sendiri.

      9. Yakinkan pasien percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya

      10. Anjurkan pasien untuk tidak mengkritik negatif terhadap dirinya

      11. Jangan mengejek/mengolok-olok pasien

      12. Sampaikan percaya diri terhadap kemampuan pasien mengatasi situasi

      13. Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistik dalam mencapai peningkatan harga diri.

      14. Bantu pasien menilai kembali persepsi negatif terhadap dirinya.

      15. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tanggung jawab terhadap dirinya.

      16. Gali alasan pasien mengkritik diri sendiri

      17. Anjurkan pasien mengevaluasi perilakunya.

      18. Berikan reward kepada pasien terhadap perkembangan dalam pencapaian tujuan.

      19. Monitor tingkat harga diri.





  1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping

    1. NOC: Koping

Indikator:

  • Mengidentifikasi pola koping yang efektif

  • Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif

  • Melaporkan bila stress berkurang

  • Mengatakan dapat menerima keadaan

  • Mencari informasi tentang penyakitnya dan perawatannya.

  • Menggunakan dukungan sosial

  • Ikut bekerja untuk mengurangi stres.

  • Mengidentifikasi strategi koping

  • Melaporkan kenyamanan psikologis

  • Melaporkan pengurangan perasaan negatif







    1. NIC:

      1. Peningkatan koping:

Kegiatan:

                1. Nilai dampak situasi pasien dalam peran dan hubungan.

                2. Anjurkan pasien mengidentifikasi gambaran yang realistik terhadap perubahan peran.

                3. Nilai pemahaman pasien tentang proses penyakit

                4. Nilai dan diskusikan respon alternative terhadap situasi.

                5. Gunakan ketenangan

                6. Berikan suasana yang menerima.

                7. Berikan informasi tentang diagnosa, perawatan dan prognosa penyakitnya.

                8. Berikan pasien pilihan yang realistic tentang aspek perawatan

                9. Cari pemahaman tentang persepsi pasien terhadap situasi yang penuh dengan stress.

                10. Jangan mengambil keputusan ketika pasien dalam keadaan stress berat.

                11. Anjurkan pasien mengembangkan hubungan dengan orang lain.

                12. Anjurkan pasien berhubungan dengan orang lain yang mempunyai kesamaan tujuan dan kesenangan.

                13. Anjurkan mengikuti kegiatan sosial dan masyarakat

                14. Anjurkan pasien menjalankan agamanya.

                15. Evaluasi kemampuan pasien membuat keputusan.

                16. Konfrontasi pasien apabila mengalami perasaan ambivalen (marah/depresi)

                17. Atur situasi yang meningkatkan otonomi pasien.

                18. Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain.

                19. Gali cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.

                20. Dukung penggunaan mekanisme defensive.

                21. Anjurkan pasien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuannya.

                22. Bantu pasien memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif.

  1. Putus asa berhubungan dengan stress yang berkepanjangan

                  1. NOC: Harapan

Indikator:

  • Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif

  • Mengekspresikan keyakinannya

  • Mengekspresikan keinginan untuk hidup

  • Mengekspresikan alas an untuk hidup

  • Mengekspresikan keoptimisan

  • Mengekspresikan percaya pada diri

  • Mengekspresikan percaya pada orang lain

  • Mengekspresikan ketenangan diri

  • Mengekspresikan mengontrol diri sendiri

  • Mendemonstrasikan semangat hidup

                  1. NIC: Menanamkan Harapan

Kegiatan:

    1. Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi harapan dalam kehidupannya.

    2. Demonstrasikan harapan dengan mengenalkan harga diri pasien dan melihat kondisi pasien hanya satu fase dari individu.

    3. Kembangkan koping mekanisme pasien.

    4. Bantu pasien menemukan dam memperbaiki tujuan dihubungkan dengan harapan.

    5. Bantu pasien mengembangkan spiritual diri.

    6. Hindari bertopeng kebenaran.

    7. Libatkan pasien aktif dalam perawatan diri.

    8. Ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif dari harapan.

    9. Berikan kesempatan keluarga/pasien untuk melibatkan dukungan kelompok.

    10. Ciptakan lingkungan yang menfasilitasi pasien untuk melakukan ibadah.

  1. Defisit perawatan diri (Mandi/personal higine, makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi

                  1. NOC: Perawatan diri; Mandi

Indikator:

  • Tubuh tidak bau dan kulit terjaga

  • Tertarik untuk mandi sesuai kemampuannya.

  • Menjelaskan dan menggunakan metode mandi secara aman dan dengan kesulitan minimal

  • Dimandikan oleh perawat tanpa kecemasan

NIC:

    1. Membantu Pasien memenuhi aktivitas sehari-hari

Kegiatan:

      1. Monitor kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.

      2. Monitor kebutuhan pasien untuk melakukan kebersihan diri, berpakaian, toileting, makan.

      3. Berikan alat pribadi (deodoran, sikat gigi, sabun mandi)

      4. Berikan bantuan sampai pasien dapat melakukan secara mandiri

      5. Anjurkan pasien untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuannya.

      6. Anjurkan secara mandiri, tetapi intervensi bila pasien belum mampu.

      7. Ajarkan keluarga atau orang tua untuk menganjurkan mandiri, diberikan intervensi hanya apabila pasien tidak mampu.

      8. Tetapkan secara rutin aktivitas perawatan diri untuk pasien.

      9. Perhatikan umur pasien dalam meningkatkan aktivitas perawatan diri.

        1. Membantu perawatan diri: mandi

Kegiatan:

          1. Tempatkan handuk, sabun, dan peralatan mandi yang lainnya di kamar mandi.

          2. Berikan peralatan mandi (sikat gigi, sabun, pasta gigi,dll)

          3. Fasilitasi pasien menggosok gigi, jika perlu

          4. Fasilitasi pasien mandi sendiri, jika perlu

          5. Monitor kebersihan kuku, berdasarkan kemampuan merawat diri.

          6. Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan sendiri.



  1. Defisit perawatan diri (berpakaian, berhias, toileting, dan makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi

a. NOC: Perawatan diri; makan

Indikator:

              • Klien dapat melakukan perawatan diri

              • Pasien puas dengan merencanakan perawatan diri dengan baik

              • Diberikan bantuan oleh perawat dalam perawatan diri bila dibutuhkan.

NIC: Bantuan Perawatan diri

Kegiatan:

  1. Monitor kemampuan klien utnk kemandirian perawatan diri

  2. Monitor kebutuhan pasien untuk perlengkapan adaptif untuk kebersihan personal, berpakaian, berhias, toileting dan makan

  3. Sediakan kebutuhan yang diperlukan personal (deodorant, sikat gigi dan sabun mandi)

  4. Sediakan bantuan samai klien mampu secara penuh melakukan perawatan diri

  5. Bantu klien menerima kebutuhan ketergantungan

  6. Gunakan pengulanagn konsisten dari kesehatan rutinitas sebagi alat untuk menetapkan aktifitas

  7. Dukung klien utnuk melakukan aktivitas normal dari kehidupan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan

  8. Dukung kemandirian, tapi intervensi saat klien tidak dapat melakkukan kegiatan.

  9. Ajarkan orang tua atau keluarga untuk mendukung kemandirian untuk mengintervensi hanya pada saat klien tidak dapat melakukan kegiatan

  10. Tetapkan rutinitas untuk aktivitas perawatan diri

  11. Pertimbangkan usia dari klien dengan mendukung aktivitas perawatan diri













































DRAFF

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DEPRESI























































DAFTAR PUSTAKA



Rawlins,Ruth P,Heacock E.Patricia,(1993). Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Mosby Year Book



Stuart,Gail Wiscarz.Sundeen,(1998), Buku saku Keperawatan Jiwa ,alih bahasa, Achir Yani S Hamid,Editor Yasmin Asih, Ed 3, EGC,Jakarta



Mc Closkey,J.C. and G.M.Bulechek (1996).Nursing Interventions Classification (NIC). St Louis,Mosby



NANDA,2001, Nursing Diagnosis; Definition and Classification (2001-2002) Philadelphia



Nurjannah, Intansari (2004), Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia, yogyakarta



Johnson&M Maas. (2000).Nursing Outcomes Classification. St. Louis: Mosby



Related Post



19 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya sangat senang dengan isi artikel Anda sangat bermanfaat dan saya tunggu artikel berikutnya untuk memperbarui informasi lagi.
Obat Sakit Maag Untuk Anak, Dewasa Dan Orang Tua Obat Maag

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

terima kasih untuk informasinya, ditunggu artikel selanjutnya
OBAT MAAG

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

terima kasih untuk infonya sangat bagus dan bermanfaat
OBAT MAAG,

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

terima kasih untuk infonya, ditunggu artikel selanjutnya
OBAT MAAG,

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

terima kasih infonya, sangat bermanfaat sekali
OBAT MAAG,

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

OBAT MAAG,
terima kasih untuk infonya

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

terima kasih untuk infonya,
OBAT MAAG,

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

info yang sangat menarik untuk disimak
OBAT MAAG,

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

info yang sangat bagus untuk disimak. terima kasih
OBAT MAAG,

Obat Hematuria Alami Dengan AgaricPro mengatakan...

ditunggu untuk artikel selanjutnya
OBAT MAAG,

Unknown mengatakan...

thanks for sharing Gejala Maag
Gejala Maag
Gejala Maag
Gejala Maag

Unknown mengatakan...

.thanks for share, your article very useful
Gejala Maag
Gejala Maag
Obat Maag
Obat Maag

Unknown mengatakan...

I like your post. very useful. success always! aamiin
Penyebab Maag
Gejala Maag
Gejala Maag
Gejala Maag

Unknown mengatakan...

thanks for share
Gejala Maag
Gejala Maag
Obat Maag
Obat Maag

Unknown mengatakan...

thanks for share
Obat Maag
Obat Maag
Obat Maag

Unknown mengatakan...

thanks for sharing
Gejala Maag
Gejala Maag
Obat Maag no.1 terampuh
Obat Maag alami tanpa efek samping

Unknown mengatakan...

thanks for sharing Gejala Maag
Gejala Maag
Gejala Maag
Obat Maag kronis alami
Obat Maag terjamin ampuh

Unknown mengatakan...

thanks for share
Penyebab Maag
Penyebab Maag
Penyebab Maag
Penyebab Maag
Gejala Maag
Gejala Maag

Unknown mengatakan...

thanks for sharing :)
Obat Maag
Obat Maag
Obat Maag
Obat Maag
Penyebab Maag

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Archives

Pengunjung


widgeo.net

Ayat Al Quran

Follower

© Copyright 2010. wahidnh.blogspot.com . All rights reserved | wahidnh.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com| Modified by wahidnh.blogspot.com